AdvertisementAdvertisement

Pola Komunikasi Vertikal dan Horizontal KH Abdullah Said

Content Partner

Oleh Ust Muhammad Shaleh Utsman S.S, M.I.Kom*

PENDIRI Hidayatullah KH Abdullah Said adalah komunikator yang memiliki pengaruh sangat kuat dalam membentuk karakter para aktivis dakwah di nusantara ini. Menurut Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M.Sc, komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku komunikan.

Sejak masa kecilnya di Sulsel berkecimpung di pemuda Muhammadiyah, Abdullah Said sudah nampak sebagai sosok yang berbakat dan multi talenta. Beliau selain kutu buku, ahli ibadah, juga sangat kuat dalam mengelola tugas-tugas tarbiyah dan dakwah di lapangan.

Ketika usianya masih belasan tahun ia sudah aktif dalam komunikasi publik melalui khutbah Jum’at dan majelis taklim di wilayah Ujung Pandang dan sekitarnya.

Kekuatan spirit yang dimiliki lewat ibadah, wawasan luas yang didapatkan lewat kekuatan membaca literasi, secara lengkap menyatu dalam etos kerja dan semangat juang yang tinggi dalam mewujudkan cita-cita besarnya membangun peradaban Islam.

Obsesi besar KH Abdullah Said dalam mewujudkan tatanan masyarakat Islam terus menggelora. Tak kenal lelah, malam hari bangun shalat tahajjud, membangun komunikasi vertikal transendental kepada Allah SWT untuk memohon petuntuk.

Di siang hari, dioptimalkan untuk melakukan komunikasi secara horizontal mengajak manusia untuk terlibat dalam mewujudkan cita-cita besar ini.

Membangun peradaban Islam tidak semudah membalik telapak tangan. Cita-cita agung ini ternyata membutuhkan pengorbanan yang tinggi baik secara lahir maupun batin.

KH Abdullah Said terus menjajaki peluang dan memilih tempat yang strategis untuk bisa menyatukan potensi dari berbagai kalangan dalam rangka mewujudkan tatanan hidup yang bernuansa islami itu.

Beliau sangat menyadari bahwa idealisme yang dimilikinya sangat sulit untuk diwujudkan dalam realitas kehidupan tanpa melibatkan khalayak, terutama dukungan para tokoh, dan yang lebih utama lagi adalah dukungan pemerintah.

Pada akhir tahun 1969, KH Abdullah Said menetapkan pilihan untuk mewujudkan harapannya itu di Balikpapan, Kaltim. Disinilah beliau melakukan pola komunikasi yang moderat, membuka ruang koneksi yang lebih besar dengan khalayak.

Sebagai sosok komunikator yang handal, KH Abdullah Said selalu menjadikan komunikasi vertikal transendental kepada Allah SWT sebagai basis kekuatan spiritual, yang pada gilirannya menjadi washilah untuk menemukan solusi terhadap kompleksitas persoalan yang dihadapi. Hal ini diantaranya didasari oleh hadits Rasulullah SAW berkenaan dengan wasiat beliau kepada Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma, bahwa:

إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ

“Apabila engkau meminta (hajat), maka mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan hanya kepada Allah” (HR Ahmad dan At-Tirmidzi).

Sang komunikator benar-benar menjadikan Allah Ta’ala sebagai tempat bergantung segala urusan, tempat bersandar dalam segala situasi.

Setiap saat beliau berkomunikasi dengan Tuhannya, lewat munajat dan doa, tanpa kenal waktu. Beliau diketahui sebagai ahli tahajjud yang waktunya cukup lama, sering mulai shalat malam pada jam 00.00 sampai jam 04.00.

Struktur bangunan komunikasi vertikal transendental dalam surah al ‘Alaq, al Qalam, al Muzzammil, adalah sumber kekuatan. Selanjutnya surah al Muddatsir dan al Fatihah sebagai landasan filosofis untuk membangun koneksi dengan khalayak.

Prinsip lima surah pertama turun tersebut merupakan konsep dasar beliau yang diyakini sebagai pola nubuwah, yang dalam ilmu komunikasi disebut sebagai pola komunikasi profetik.

Dalam beberapa momen KH Abdullah Said sangat tegas menyatakan bahwa jangan pernah melakukan dakwah, ceramah, kalau anda tidak shalat tahajjud. Dalam perspektif komunikasi, pernyataan itu berarti bahwa jangan anda melakukan komunikasi secara horizontal dengan khalayak, sebelum anda membagun komunikasi secara vertikal transendental kepada Allah Ta’ala.

Para santri dan warga tidak hanya dididik untuk menata komunikasi kepada Allah Ta’ala melalui ibadah mahdhah. Beliau juga sangat peduli terhadap lingkungan sekitar. Setiap saat para warga dan santri Hidayatullah selalu dihimbau untuk menata halaman masjid, halaman sekolah, dan halaman rumah para warga agar selalu nampak bersih dan tertata tapi dengan hiasan taman yang indah.

Dan yang lebih spesifik instruksi KH Abdullah adalah melestarikan hutan lindung yang ada dalam lingkungan pondok pesantren. Beliau melarang seluruh warga dan santri untuk masuk di area tersebut demi menjaga kelestarian tumbuhan dan habitat binatang yang ada di lingkungan itu.

Apa yang dilakukan oleh bapak kyai tersebut adalah sesuatu yang sejalan dengan prinsip komunikasi lingkungan hidup. Pakar komunikasi menjelaskan bahwa defenisi komunikasi lingkungan hidup adalah penggunaan pendekatan, prinsip, strategi dan teknik-teknik komunikasi untuk pengelolaan dan perlindungan lingkungan (Alexander & Cangara, 2018).

Pada tahun 1984, KH Abdullah Said dipanggil ke Istana Negara untuk menerima anugerah Kalpataru yang merupakan penghargaan tertinggi dari Bapak Presiden Republik Indonesia. Pesantren Hidayatullah yang dirintis oleh beliau terpilih sebagai kelompok penyelamat lingkungan hidup.

Sebuah kenyataan yang sangat mengejutkan bagi sosok KH Abdullah Said. Tidak pernah terbayang sebelumnya, bahwa suatu saat akan dipertemukan oleh orang yang paling berpengaruh di negeri ini yaitu Presiden Republik Indonesia H.M. Soeharto (almarhum), sosok yang paling lama memimpin republik ini.

Pertemuan dengan bapak presiden waktu itu menjadi angin segar bagi sang kyai yang memang lagi membutuhkan dukungan publik dalam mewujudkan harapan besarnya. Karena, beliau sadar betul, bahwa cita-cita membangun peradaban Islam tidak mungkin terwujud tanpa dukungan banyak orang terutama para tokoh.

Alhamdulillah sejak pertemuan dengan Kepala Negara yang berkuasa selama 32 tahun itu, khalayak sebagai komunikan sang komunikator KH Abdullah Said memberi respon dan apresiasi yang sangat tinggi terhadap Pondok Pesaantren Hidayatullah.

Visualisasi salaman sang kyai dengan Bapak Presiden kedua itu menjadi pintu gerbang komunikasi horizontal yang terbuka lebar. Hampir semua tokoh dari pemerintahan, tokoh agama, dan tokoh masyarakat umum memberikan perhatian serius terahadap derap langkah Pesantren Hidayatullah yang dibawah pimpinan KH Abdullah Said.

Hidayatullah saat ini sudah berumur 50 tahun. Apa yang telah dicapai dari berbagai prestasi saat ini adalah hal yang tak terpisahkan dengan warisan pola komunikasi yang telah ditata oleh KH Abdullah Said semasa hidupnya.

Para kader perlu selalu diarahkan untuk cerdas dalam menata komunikasi kepada semua pihak. Baik dengan pemerintah maupun masyarakat secara umum.

Kesemuanya itu dilakukan dengan penataan komunikasi vertikal transendental melaui munajat dan doa, yang kemudian akan melahirkan kecerdasan dalam komunikasi secara horizontal kepada semua khalayak. Wallahu ta’aala a’lam.

*)Penulis adalah Ketua Departemen Perkaderan Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah

- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Daiyah Sarjana STIS Hidayatullah Siap Bangun Generasi Cerdas untuk Indonesia Emas 2045

BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) -- Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan menggelar acara penugasan daiyah sarjana tahun 2024 di Kampus...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img