DEPOK (Hidayatullah.or.id) — Manfaatkan momentum Ramadhan 1443 Hijriah, Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah (YPPH) Depok menggelar ujian akhir terbuka untuk tingkat Sekolah Mengenah Pertama (SMP) Putri, Rabu, 19 Ramadhan 1443 (20/4/2022).
Acara yang berlangsung semarak ini dihadiri seluruh civitas pendidikan pesantren, tamu undangan, hingga wali santri. Kegiatan terlaksana di aula gedung Sekolah Pemimpin Komplek Kampus Ponpes Hidayatullah Depok.
Ujian akhir terbuka ini merupakan puncak dari rangkaian ujian sejak Januari lalu, dimana 33 santriwati kelas 9 menempuhnya dengan beberapa tahapan.
Terasa spesial, sebab kegiatan ini merupakan angkatan pertama SMP Integral Hidayatullah Putri kampus utama Depok. Kegiatan juga dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan dari kelas 7 dan 8 seperti, tarian Ratoh Jaroe, dan penampilan Nasyid.
Dalam taujihnya, Ketua Yayasan Pesantren Hidayatullah Depok Ust Lalu Mabrul mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga atas terlaksananya kegiatan tersebut.
Terkhusus kepada para Asatidzah, Mabrul berterima kasih karena telah melaksanakan pendidikan dengan sebaik-baiknya.
“Kehadiran sekolah SMP putri ini adalah menjadi cita-cita kami di yayasan,” kata Ustadz Lalu Mabrul dalam sambutannya.
Sebagaimana visinya, kata Ust Mabrul, mewujudkan generasi muslimah yang unggul dan menjadi kebanggaan ummat. Ia berharap hadirnya sekolah putri dapat menjawab permasalahan bangsa. Dimana generasi saat ini banyak yang jauh diri nilai agama.
Diakhir, sambutannya, atas nama Yayasan, Ustadz Lalu mohon didoakan agar ditahun depan dapat mewujudkan jenjang pendidikan Madrasah Aliyah (MA).
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Sekolah SMP Integral Hidayatullah Putri, Ustadzah Sarah Zakiyah AM mengakui banyak mengambil pelajaran dari amanah yang diembannya persis tiga tahun silam.
Dia mengatakan, Al Qur’an Surah Jumu’ah Ayat 2 menjadi menjadi pedoman yang dipegang teguh bersama timnya ketika membangun SMP Integral Hidayatullah Putri. Model pembelajaran yang mengintegrasikan antara Tauhid, Al-Quran, Sains dan Teknologi menjadi pola utama pendidikan yang dipilih.
Kepada 33 santriwati yang mengikuti ujian Ustadzah Sarah mengingatkan seraya mengutip sebuah syair. Siapa yang tidak sabar dalam menghadapi getirnya menuntut ilmu, maka ia tidak akan meraih kemuliaan didalamnya.
“Anak kami, angkatan pertama, terima kasih anak-anak ku, tidak kami lepas dalam doa, tidak kami lepas ketika mereka melakukan kesalahan. Keridhaan Allah atas kalian, anak-anak sholihah kebanggaan umat Islam,” ujarnya.
Usatadzah Sarah kemudian menjelaskan bahwa ujian yang dilakukan tidak hanya terjadi sehari dua hari, tapi sejak masuk semester dua kelas 9 telah melewati berbagai tahapan ujian.
Pertama, membuat makalah Siroh Nabawiyah dan mempresentasikannya. Kedua, menyusun penelitian sederhana Tauhid STEAM (Science Technology Engineering Art Matemathic) yang saat presentasi pengujinya dari luar.
“Ketiga, karantina setoran hafalan Al-Quran sekaligus terjemahan perkata (lafdziyyah) sebanyak 1 Juz. Dan, keempat, Ujian Siroh Nabawiyah, Qur’an teori dan Aplikasi Ghorib Tajwid dan setoran 42 Hadist Arbain Annawawi,” kata Ustadzah Sarah.
Uniknya, lanjut Sarah, 33 anak anak santriwatinya angkatan pertama ini punya tingkat hafalan Al-Qur’an yang berbeda. Hal itu dinyatakan setelah mereka mengikuti ujian. Mulai dari 10 Juz, sampai paling sedikit 3 Juz.
Tak luput, Usatadzah Sarah turut menyampaikan rasa terima kasih yang luar bisa kepada semua orang tua wali santri.
“Kepercayaan Ayah Bunda kepada kami, inilah modal utama kami tetap berjalan dan mendidik anak anak santri kami dengan sepenuh cinta,” ungkapnya.
Sementara itu, selama pelaksanaan ujian, peraih nilai tertinggi hafalan Qur’an: Putri Hana Salwa, Qur’an Lafdziyah: Qonita Muna Salimah, Qur’an teori dan Aplikasi Ghorib Tajwid: Siti Maysaroh dan Nurul Izzah Shahab, Hadits Arbain: Annida Nurul Fadhilah.
Sementara untuk materi Siroh Nabawi: Annisa Mumtaz. Mereka mendapatkan Mushaf Al-Qur’an dari kerajaan Arab Saudi dan seri lengkap buku Siroh Nabawiyah dari Kita Production.*/Azim Arrasyid Sofyan