AdvertisementAdvertisement

Inilah Pesan Ramadhan 1444 dari Ketua Umum DPP Hidayatullah

Content Partner

JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah Ust. H. Dr. Nashirul Haq, MA, mengisi taujih singkat dalam helatan Tarhib Ramadhan Nasional Hidayatullah bertajuk “Talaqqi Al-Qur’an Tebar Kebaikan” yang digelar hybrid berpusat di Kampus Induk Ummul Quro Hidayatullah Balikpapan, Kaltim, Ahad, 27 Sya’ban 1444 (19/3/2023). Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum menyampaikan beberapa pesan.

“Kita bersyukur, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menganugerahkan satu karunia besar berupa bulan suci Ramadhan sebagai wasilah untuk kita terus meningkatkan kualitas iman dan takwa kita,” katanya.

Ia mengatakan Ramadhan adalah momen istimewa yang patut kita bersyukur, bergembira, dan berbahagia menyambutnya. “Qul bifadhlillahi wa birohmatihi,” terangnya yang menguraikan kandungan makna Al Qur’an Surat Yunus Ayat 58.

“Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan,” nukilnya.

Ia menegaskan, Ramadhan merupakan momentum yang selalu berulang, maka jangan sampai prestasi yang kita raih pada Ramadhan kali ini sama saja. Bahkan jangan sampai menurun kualitasnya dibanding momen Ramadhan sebelumnya.

“Untuk itu, perlu persiapan yang mantap, yang matang, dan tentu kita semua sudah melewatinya dalam beberapa bulan terakhir ini. Mari kita kuatkan dalam beberapa hari kedepan,” imbuhnya online dari Pusat Dakwah Hidayatullah Jakarta.

Ia berpesan, diantara yang perlu dipersiapkan dengan sangat baik adalah bekal mental yang memadai dengan berpikir positif, berprasangka baik, serta merasa senang dan gembira dengan kedatangan Ramadhan. “Sehingga kita menjalaninya dengan penuh kenikmatan dan kelezatan,” katanya.

Persiapan yang tak kalah penting lainnya adalah ilmu agar ibadah Ramadhan yang kita jalani lebih berkualitas. Dengan ilmu, kita bisa membedakan mana yang fardhu dan mana yang nawafil, mana yang wajib mana yang sunnah, serta mengetahui mana yang lebih utama.

“Sehingga bukan hanya jumlahnya yang banyak tetapi juga berkualitas, dan inilah yang dimaksud dengan ahsanu ‘amala dalam beberapa firman Allah Ta’ala,” jelasnya.

Selain itu, lanjut Ketum, menghadapi Ramadhan juga penting sekali persiapan fisik agar selalu fit dan kuat dalam menjalani ibadah dan berbagai macam bentuk kebaikan dalam bulan Ramadhan.

Lebih jauh, terangnya, dibutuhkan pula sarana bahkan materi agar juga bisa berinfaq bersedekah. Demikian pula kebutuhan terhadap sarana sarana yang sifatnya fisik meskipun hal sederhana namun akan sangat mendukung dalam mencapai target Ramadhan.

Sukses Ramadhan menurutnya memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan pribadi, domestik keluarga, maupun institusi. Masing masing mesti punya perencanaan dalam Ramadhan dan hal ini sebaiknya dicatat agar dapat dicek dan dijalankan dengan baik.

“Kita semua perlu merencanakan agar apa yang ditargetkan dapat dicapai dengan maksimal. Gagal merencanakan adalah sama merencanakan kegagalan,” katanya.

Target ini harus diseriusi baik pada bidang ibadah, tarbiyah, dakwah, maupun pelayanan umat. Semuanya harus sejalan secara paralel dan simultan, tidak ada yang terabaikan.

“Jangan sampai ada yang merasa terganggu baca Qur’annya karena ada tugas lembaga, ada tugas keumatan, ada tugas dakwah, dan tugas pelayanan umat. Jangan sampai Ramadhan ini terlewatkan tidak maksimal untuk tarbiyah tsaqofiyah dan tarbiyah jasadiyah,” katanya.

Ketum mendorong agar bagaimana pada bulan Ramadhan ini iman semakin meningkat, ilmu bertambah, amal berkualitas, kemudian fisik juga semakin sehat.

“Kita sering mendengar testimoni dari para orangtua yang masih fit dan kuat dalam beramal shaleh, salah satu kunci utamanya adalah karena mengurangi makan dengan banyak berpuasa. Tentu selain itu juga pikiran dan hati selalu tenang dan bahagia,” imbuhnya.

Dari Mu’ahadah Hingga Musabaqah

Lebih jauh ia menekankan pentingnya perencanaan target. Target ibadah ini, kata beliau, jika perlu, harus ditulis atau dicatat. “Dan, diawali dengan mu’ahadah,” katanya.

Mu’ahadah, terang dia, yakni ada komitmen atau janji setia di hadapan Allah SWT bahwa kita menargetkan pada bulan Ramadhan ini lebih baik dari sebelumnya.

Setelah mu’ahadah, dilanjutkan dengan mujahadah, yaitu keseriusan penuh sungguh dalam menjalankan komitmen.

Lalu untuk menjaga kesungguhan ini maka perlu mutaba’ah atau monitoring yang sifatnya rutin. Setelah itu dilakukan muhasabah, atau evaluasi.

“Setiap hari yang dilewati harus dilakukan evaluasi, setiap pekan dievaluasi. Sepuluh hari pertama evaluasi, sepuluh hari kedua, hingga puncaknya pada sepuluh hari terakhir. Kita perlu melihat bagaimana progress dan grafiknya, tentu harus terus meningkat,” katanya.

Bahkan, jika dibutuhkan, setelah muhasabah ada proses mu’aqabah, yakni ada sangsi yang diberikan kepada diri sendiri ketika lalai menjalankan komitmen di awal (mu’ahadah).

Mu’aqabah diterapkan agar kelalaian tidak terus terulang yang dengan demikian maka kita bisa terus terjaga dan termotivasi,” katanya.

Berikutnya adalah musabaqah, yakni adanya kompetisi khususnya bagi anak anak kita dengan pola reward bagi yang tekun menjalankan ibadah sebagai madrasah pendidikan bagi mereka.

Doa sebagai Tumpuan

Dan inti dari inti dari semua upaya yang dilakukan adalah doa. Kata Nashirul, doa adalah tumpuan utama dalam melakukan apa saja. Ia pun menyebutkan satu doa yang masyhur yang diajarkan oleh Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan Imam Abu Dawud dan Imam Nasa’i untuk selalu dilafazkan dalam momen istimewa ini, yaitu:

Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatika. Maknanya, “Wahai Allah, aku mohon pertolongan agar aku selalu ingat (dzikir) kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah yang baik kepada-Mu)”.

“Selamat menyambut bulan suci Ramadhan, semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufiq, inayah, dan maunahnya agar kita menjalani sebaik baiknya dan mari saling memaafkan. Putih warnanya bunga melati, harum semerbak di Taman Mini. Persiapkan diri bersihkan hati menyambut bulan yang mulia ini,” imbuhnya yang menutup taujih dengan sebait pantun.

Tarhib Ramadhan Nasional Hidayatullah bertajuk “Talaqqi Al-Qur’an Tebar Kebaikan” ini juga dihadiri dan diisi tausiah oleh Pemimpin Umum Hidayatullah Ust. H. Abdurrahman Muhammad dan Ketua Yayasan Ummul Quro Hidayatullah Balikpapan Ust. H. Hamzah Akbar serta diikuti oleh ribuan pemirsa secara online yang menggelar nonton bareng dari berbagai titik di Tanah Air.*/Yacong B. Halike

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Peran Murabbi dalam Perjuangan Islam tidak Mengenal Kata Pensiun

MAKASSAR (Hidayatullah.or.id) – Peran murabbi dalam perjuangan Islam tidak mengenal kata pensiun. Hal itu kembali ditegaskan oleh Ketua Dewan...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img