AdvertisementAdvertisement

Pemimpin Umum Hidayatullah Mengisi Taujih Tarhib Ramadhan Nasional

Content Partner

BALIKPAPAN (Hidayaullah.or.id) — Pemimpin Umum Hidayatullah Ust. H. Abdurrahman Muhammad mengisi taujih pada helatan Tarhib Ramadhan Nasional Hidayatullah bertajuk “Talaqqi Al-Qur’an Tebar Kebaikan” yang digelar hybrid berpusat di Kampus Induk Ummul Quro Hidayatullah Balikpapan, Kaltim, Ahad, 27 Sya’ban 1444 (19/3/2023).

Pada kesempatan itu ia mengatakan kaum muslimin khususnya kader dan jamaah Hidayatullah hendaknya memanfaatkan betul bulan suci Ramadhan untuk lahirnya guru dan pemimpin peradaban.

“Mulai Ramadhan ini sampai 25 Ramadhan ke depan, masyarakat Ilahiyah ini akan mengantarkan lahirnya generasi guru dan pemimpin peradaban. In syaa Allah,” katanya.

Pada kesempatan itu ia juga mencetuskan istilah yang menggambarkan spirit dan historis perjuangan yang ada dengan “sakralisasi dan pemodernan”.

“Gerakan kita ini gerakan yang profetik dan profesional,” katanya menegaskan seraya menyebutkan Masjid Ar-Riyadh Gunung Tembak Hidayatullah Balikpapan memberikan gambaran obsesi bahwa Gunung Tembak akan melahirkan para alim, dan melahirkan para pemimpin.

“Alhamdulillah, obsesi besar ini kita harapkan dapat mengambil alih bukan saja pemimpin-pemimpin lokal di Hidayatullah. Tapi (juga siap) menjadi pemimpin-pemimpin umat,” terangnya.

Semangat itu sesuai dengan visi Hidayatullah, yaitu membangun peradaban Islam, maka misi yang harus diemban oleh Hidayatullah, misi besar yang harus kita emban, melahirkan pemimpin dan alim-alim.

Kata dia, kalau Hidayatullah dapat melahirkan pemimpin dan melahirkan alim-alim, berarti Hidayatullah harus menjadi guru peradaban. “Dan, Hidayatullah harus menjadi pemimpin peradaban,” urainya mengingatkan dengan tegas.

Pada kesempatan itu, ia memaparkan perihal profil alumni Ramadhan. Katanya, lulusan Ramadhan menghasilkan pribadi yang menarik, penuh daya pesona, dan menjadi maghnet yang luar biasa.

“Ramadhan adalah percepatan, karena hanya bagi yang beriman, maka bersungguh-sungguhlah,” katanya.

Selain menunjukkan profil alumni Ramadhan, KH. Abdurrahman Muhammad juga menerangkan apa itu “hudan” (petunjuk).

“Al Quran itu hudan, itu petunjuk, peta hidup, peta jalan kemenangan, kompas kehidupan,” ungkapnya.

Dalam pandangan ulama memang demikian, hudan, berarti petunjuk menuju jalan kebenaran dengan jalan yang metodis.

Ibn Katsir dan At-Thabari memaknai hudan sebagai sanjungan Allah kepada Alquran, yang mana Alquran bisa membuat hati manusia merasa aman, tenang terhadap kebenaran dan senang mengikuti petunjuk Alquran.

Doa, Sabar, Syukur, dan Ikhlas

Masih dalam taushiahnya, Pemimpin Umum Hidayatullah menyebutkan 4 bekal menghadapi bulan suci Ramadhan yaitu doa, sabar, syukur, dan ikhlas.

“Kunci sukses Ramadhan adalah doa. Kalau tidak ada semangat, aih, mengeluh melulu. Harus Istiqomah, jangan panas panas tai ayam. Benar benar teriakkan kepada Allah SWT, ihdinasshirathal mustaqim!,” katanya.

Bekal penting menjalani Ramadhan berikutnya adalah sabar. Sabar dalam berbagai aspeknya. “Harus sabar. Kalau tidak sabar, kucing pun bisa kena tendang. Istri kena omelan. Puasa itu sabar. Lihatlah Allah yang memiliki sifat Ash Shabuur,” imbuhnya.

Dia menegaskan sabar erat kaitannya dengan ibadah dab zikir kepada Allah. Hal itu ia kemukakan sambil mengutip Al Qur’an surah al-Ahdzab ayat 42 yang menurutnya menjadi insfirasi bagi Hidayatullah menjadikan kegiatan zikir dan wirid sebagai hal mendasar.

“Makanya saya tidak setuju kalau kerja bakti tapi tidak wirid dulu. Oleh sebab itu, sebuah gerakan harus serasi dan paralel. Semuanya harus wirid sambil jalan, sambil kerja bakti. Harus latihan,” katanya.

Dengan bekal tersebut, output Ramadhan seharusnya adalah keluaran yang menarik memiliki pesona yang luar biasa, karena puasa itu mengeluarkan pelakunya memiliki pesona yang luar biasa. “Apa zikirnya mempesona, Subhaanaka Allaahumma wa Hihamdika, Asyhadu al-laa ilaaha illaa anta, Astaghfiruka, wa Aatuubu ilaik,” katanya.

Selain mempesona, ouput madrasah Ramadhan melahirkan manusiia yang memiliki gagasan dan obsesi yang dijiwai oleh nilai burhani. “Dengan burhani, Hidayatullah harus memiliki obsesi menjadi pemimpin dan guru peradaban,” ujarnya.

Bekal penting menjalani Ramadhan selanjutnya adalah bersyukur. “Tidak ada perjalanan rohani seorang muslim selain meninggikan rasa syukur yang dengannya ia memiliki hikmah. Bukan iqra’ biasa ini. Ini metode tilawah, kemudian tazkiah,” katanya yang kemudian membacakan Surat Al-Baqarah Ayat 151.

Kemudian bekal penting terakhir untuk menjalani Ramadhan adalah ikhlas. Untuk menakar yang terakhir ini, Ust. Rahman mengajak untuk mengacu pada metodologi yang ditawarkan oleh Ketua Umum DPP Hidayatullah Ust. Dr. H. Nashirul Haq pada sambutan ia sebelumnya yaitu membangun komitmen (mu’ahadah), kesungguhan menjalankan (mujahadah), memeriksa rutin (mutaba’ah), melakukan evaluasi (muhasabah), menerapkan sangsi dengan kesadaran diri (mu’aqabah), dan meneladankan sejak dini (musabaqah).

Tarhib Ramadhan Nasional Hidayatullah bertajuk “Talaqqi Al-Qur’an Tebar Kebaikan” ini juga dihadiri dan diisi tausiah oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah Ust. H. Dr. Nashirul Haq, MA dan Ketua Yayasan Ummul Quro Hidayatullah Balikpapan Ust. H. Hamzah Akbar serta diikuti oleh ribuan pemirsa secara online yang menggelar nonton bareng dari berbagai titik di Tanah Air.*/Imam Nawawi, Yacong B. Halike

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Pernikahan Mubarakah sebagai Jalan Suci Menuju Cinta Karena Allah

Ayah: "Mas, siapa nama calon istrimu?"Santri: "Belum tahu, Pak. Masih dalam musyawarah"Ayah: "Ini kurang tiga hari lagi menikah, kok...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img