AdvertisementAdvertisement

DMI Apresiasi Peran Dakwah Hidayatullah di Papua

Content Partner

MANOKWARI (Hidayatullah.or.id) – Ketua Departemen Pemberdayaan Organisasi dan Pengembangan Dewan Masjid Indonesia (DMI) Pusat Drs. H. Khusnul Khuluq, MM, mengapresiais peran Hidayatullah dalam bidang dakwah dan tarbiyah terkhusus di daerah Papua Barat.

Hal ini disampaikan beliau pada saat silaturrahim di Kampus Hidayatullah Manokwari Jalan Trikora KM.19 Arfai 2 Kelurahan Anday, Kabupaten Manokwari Papua Barat, Sabtu (05/05/2018).
“Gerakan dakwah harus dikembangkan dan ditata dengan baik. Sebab kemunduran Islam saat ini terkhusus di Papua Barat disebabkan oleh dakwah yang dilakukan belum terstruktur dengan baik. Alhasil Islam di sini menjadi minoritas,” kata Khusnul.

Dia mengatakan, kalau melihat sejarah, bahwa Islam masuk di Papua ini jauh lebih awal ratusan tahun dibandingkan dengan agama yang lain. Namun sejarah faktual tersebut kerap terdistorsi oleh pihak-pihak yang belum memahami sejarah secara konfrehensif.

“Disinilah pentingnya mencari dan menjaga situs-situs Islam di Papua. Hal ini menjadi tugas tambahan Peran para dai yang dituntut harus bisa meluruskan sejarah Islam khususnya di Papua dengan sejarah yang asli bukan sejarah yang telah dimanipulasi,” ujarnya.

Di sini lain, lanjut dia, hilangnya semangat para dai berdakwah juga menjadi realitas permasalahan yang ada sehingga dakwah hanya dilakukan di daerah perkotaan saja. Sedangkan di daerah yang jauh seperti pegunungan tidak tersentuh dengan dakwah. Sehingga dia mengharapkan peran Hidayatullah bisa memecahkan permasalahan tersebut.
Di waktu sama Ust. Muhamad Sulthon, S.Pd.I selaku ketua DPW Hidayatullah Papua Barat mengatakan bahwa Hidayatullah Papua Barat sudah turut berperan aktif dalam mengembangkan dakwah dan pendidikan hingga ke pelosok.

“Bahkan kabupaten-kabupaten baru sudah kami masukin untuk berdakwah. Seperti Kabupaten Pegaf Pegunungan Arfak yang ditempuh sekitar empat jam menggunakan mobil 4WD, sebab daerah pegunungan dengan ketinggian 2.900 M dari permukaan laut,” kata Sulthon.

Sulthon mengemukakan di Pegaf, Islam sangat minoritas dan hanya bisa dihitung jari sehingga tidak akan dilaksanakan ibadah shalat Jum’at kalau dai Hidayatullah tidak datang. “Bahkan di bulan Ramadhan tidak ditunaikan shalawat tarawih kalau kami tidak mengirim dai ke sana,” imbuhnya.

Beliau menambahkan tantangan terberat di sana yakni adaptasi terhadap cuaca yang dingin, sebab di waktu subuh suhu di sana hanya 9°C dan harga bahan pokok yang sangat mahal bisa tiga kali lipat dengan harga di Manokwari.
Sulthon berharap peran Hidayatullah dan Dewan Masjid Indonesia bisa bersinergi dalam mengembangkan dakwah Islam terkhusus di Papua Barat.

“Sehingga Islam bisa dirasakan hingga ke polosok negeri dengan menjunjung tinggi toleransi serta menjaga selalu ukhuwah insaniyyah sebagaimana telah diteladankan oleh para pembawa risalah Islamiyah,” pungkasnya. */Miftahuddin

 

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Ketika Pejabat Mengira Al-Qur’an Masih Bersambung

ADA yang menggelitik dari khutbah Jumat tadi. Sang khatib bercerita tentang pengalamannya saat diundang mengisi sebuah acara di salah...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img