Hidayatullah.or.id — Salah seorang pendiri Hidayatullah yang masih hidup, Ustadz A. Hasan Ibrahim, MA, mengingatkan kepada kader Hidayatullah untuk terus membangun komitmen dakwah dalam diri. Profesi apapun yang dilakoni di lembaga ini hendaknya dakwah selalu menjadi mainstream gerakan.
Hal itu ditegaskan beliau seperti dimuat di Buletin Hidayatullah Edisi Maret 2015 lalu. [download buletin, klik di sini]
Seraya mengutip Al Qur’an Surah Annur ayat 55, Ustadz Hasan Ibrahim menegaskan bahwa janji kemenangan dari Allah Ta’ala bagi orang yang beriman dan beramal shaleh adalah mutlak dan pasti Allah Ta’ala memenuhinya. Sehingga beliau mendorong Hidayatullah tetap pada koridornya menyibuki dakwah Islam.
Ustadz Hasan menjelaskan, ayat yang mulia tersebut telah dijadikan sejawatnya yang ia bersamai mendirikan Hidayatullah, Abdullah Said Rahimahullahu, sebagai spirit perjuangan. Makanya, kisahnya, pada suatu saat ayat ini pernah beliau sampaikan di depan Abdullah Said, seketika itu membuat beliau terharu.
“Dengan ayat ini beliau yakin bahwa kemenangan kalau bukan saat ini, pasti besok. Kalau tidak pasti lusa dan seterusnya. Yang pasti beliau sering berpesan dan menanamkan keyakinan kepada kita bahwa perjuangan ini jangan grusa-grusu dengan kata lain jangan tergesa-gesa,” terangnya.
Ustadz Hasan menyakinkan bahwa Allah Ta’ala pasti akan memberikan kemenangan seperti yang pernah di alami Muhammad Al Fatih. Bahkan sejak remaja memang Al Fatih tidak pernah terkalahkan.
“Berkenaan dengan Islam dan dan perjuangan, makanya kita harus berjiwa pemenang, harus menang dan menang. Sayangnya kita sering mempunyai rasa takut, cemas, lemas, sehingga kita sendiri tidak yakin akan kemenangan,” tukas beliau.
Sementara itu di kesempatan yang sama anggota Dewan Syura Hidayatullah, Ustadz Abdul Rahman, menyampaikan rasa bahagianya dapat berkumpul dengan pimpinan dan senior Hidayatullah. Walaupun sudah tidak muda namun semangatnya tetap muda.
“Kita harus mengambil spirit jiwa tetap muda, makanya kita tidak boleh pesimis tetapi justru harus optimis,” selorohnya.
Beliau menerangkan, optimisme dan kesyukuran itu karena di kampus kampus Hidayatullah kita harus mewujudkan miniatur peradaban Islam. Bahkan betapa pentingnya kampus untuk menyemaikan iman dalam rangka mengamalkan Qur’an melalui proses tilawah, tadziyah, dan ta’limah.
“Kampus ini merupakan karunia yang sangat besar makanya kita harus mensyukuri melalui tarbiyah dan dakwah. Pendiri Hidayatullah menjadikan kampus untuk pembinaan iman di seluruh Indonesia yang dimulai dari Gunung Tembak, makanya kita harus seriusi mengurus kampus,” pesannya.
Bahkan, lanjutnya, di kampus-kampus Hidayatullah harus ditegakkan shalat jamaah dan tegaknya kepemimpinan. Bahkan kampus mampu mewujudkan kultur Islam dan puncaknya mampu membangun kekuatan dan kemandirian ekonomi keumatan. Kemudian kampus Hidayatullah juga berusaha untuk melakukan Quranisasi kehidupan.
“Kita harus menjadi agen dan duta Al-Qur’an, apalagi kalau kita memiliki ilmu yang benar, aqidah yang kuat, dan kemandirian. Maka kita akan memenangkan persaingan di dunia saat ini dan masa yang akan datang,” katanya memungkasi. (red/hio)