HIDORID — Negara Indonesia yang memiliki wilayah yang sangat luas semakin membutuhkan partisipasi sentral para dai dalam perannya sebagai informal leader di masyarakat guna untuk menggerakkan pembangunan umat dan bangsa.
Demikian benang merah taushiah disampaikan Ketua PP Hidayatullah Naspi Arsyad saat bersilaturrahim dengan mahasiswa Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) di Depok, Jawa Barat, Ahad (17/11/2013) sore.
Kepada para calon dai dan guru agama yang tergabung dalam Mahasiswa Hidayatullah LIPIA Jakarta (el-MAHALLI) tersebut, Naspi berharap mereka sejak dini mempersiapkan diri untuk mengemban tugas dakwah.
Pada kesempatan silaturrahim yang berlangsung hangat itu, Naspi juga menyampaikan harapan besar umat kepada belasan anggota el-MAHALLI yang hadir. Bahwa mereka telah dinanti perannya di berbagai daerah se-Indonesia yang masih kekurangan dai kompeten seperti alumnus LIPIA.
Mereka juga diimbau untuk mulai membiasakan diri ceramah, karena seorang akademis tak cukup memiliki ilmu. Namun juga harus memiliki kecakapan menyampaikan ilmu yang dimiliki kepada umat.
“Kekurangan yang ada bisa dijadikan sebagai tantangan, bahwa di situlah jihadnya kalian. Dakwah itu dibutuhkan pada saat terjadinya ketidakstabilan. Ketika ada keterbatasan di Hidayatullah, jadikan itu asbab bagi kita untuk melakukan dakwah,” imbuhnya.
Pada kesempatan itu para mahasiswa diimbau untuk meluruskan niat dalam melakukan aktifitas dakwahnya kelak, sebab dakwah adalah jalan pilihan yang tidak ringan dilalui.
Naspi pun berbagi pengalamannya selama ini. Dia mengungkap, penghasilannya sebagai seorang pengurus pesantren di Depok sudah habis di tiap awal-awal bulan. Namun kenyataannya, dia dan rekan-rekannya di pesantren tetap eksis hingga saat ini.
Saat masih di Pesantren Hidayatullah Balikpapan pun, tuturnya, dia pernah mendapat natura Rp 450 ribu per bulan. Walau segitu, dia masih bisa terbang ke Jakarta biasanya sekali sebulan untuk memenuhi panggilan dakwah.
Seringnya dia bolak-balik Jakarta-Balikpapan PP, lanjutnya, membuat kawan-kawan Naspi di luar pesantren heran. Mereka tidak percaya jika dia hanya mendapat natura bulanan tak sampai setengah juta rupiah.
“Jangan menghitung dengan otak, tapi dengan iman. Orang beriman itu apa yang di tangannya tidak dilihat seperti itu, karena apa yang ada di tangan Allah lebih besar,” pesan mantan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan, Kalimantan Timur ini. (Skr aljihad)