PERUBAHAN iklim (climate change) telah menjadi tantangan serius yang dihadapi oleh seluruh penduduk bumi saat ini. Fenomena ini mencakup peningkatan suhu global, perubahan pola cuaca ekstrem, naiknya permukaan laut, hingga ancaman hilangnya keanekaragaman hayati.
Dampak-dampak tersebut jelas akan sangat memengaruhi keberlangsungan hidup umat manusia secara keseluruhan, termasuk Indonesia yang juga menghadapi tantangan berat dalam menghadapi perubahan iklim ini.
Menjaga lingkungan bukan hanya persoalan tanggung jawab manusia terhadap alam, tetapi juga merupakan kewajiban spiritual dalam Islam. Al-Qurāan secara tegas menyatakan:
ŲøŁŁŁŲ±Ł Ų§ŁŁŁŁŲ³ŁŲ§ŲÆŁ ŁŁŁ Ų§ŁŁŲØŁŲ±ŁŁ ŁŁŲ§ŁŁŲØŁŲŁŲ±Ł ŲØŁŁ ŁŲ§ ŁŁŲ³ŁŲØŁŲŖŁ Ų§ŁŁŁŲÆŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲ§Ų³Ł ŁŁŁŁŲ°ŁŁŁŁŁŁŁŁ Ł ŲØŁŲ¹ŁŲ¶Ł Ų§ŁŁŁŲ°ŁŁŁ Ų¹ŁŁ ŁŁŁŁŁŲ§ ŁŁŲ¹ŁŁŁŁŁŁŁ Ł ŁŁŲ±ŁŲ¬ŁŲ¹ŁŁŁŁŁ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”
Al Qur’an surah Ar-Rum ayat 41 ini menggarisbawahi pentingnya kesadaran untuk menjaga keseimbangan alam agar tidak terjadi kerusakan yang semakin parah. Kerusakan lingkungan yang kita saksikan hari ini sebagian besar merupakan hasil dari ketidakpedulian manusia terhadap kelestarian alam.
Rasulullah SAW juga memberikan petunjuk jelas dalam hal ini, seperti yang disebutkan dalam hadis berikut:
Ų¹ŁŁŁ Ų¹ŁŲØŁŲÆŁ Ų§ŁŁŁŁ ŲØŁŁŁ Ų¹ŁŁ ŁŲ±ŁŁ ŲØŁŁŁ Ų§ŁŲ¹ŁŲ§ŲµŁ Ų±ŁŲ¶ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁ ŁŲ§ ŁŁŲ§ŁŁ ŁŁŲ§ŁŁ Ų±ŁŲ³ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŲµŁŁ Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁ ŁŁŲ§ ŁŁŲŗŁŲ±ŁŲ³Ł Ł ŁŲ³ŁŁŁŁ Ł ŲŗŁŲ±ŁŲ³ŁŲ§ ŁŁŁŁŲ§ ŁŁŲ²ŁŲ±ŁŲ¹Ł Ų²ŁŲ±ŁŲ¹ŁŲ§ ŁŁŁŁŲ£ŁŁŁŁŁ Ł ŁŁŁŁŁ Ų„ŁŁŁŲ³ŁŲ§ŁŁ ŁŁŁŁŲ§ Ų·ŁŲ§Ų¦ŁŲ±Ł ŁŁŁŁŲ§ Ų“ŁŁŁŲ¦Ł Ų„ŁŁŲ§ŁŁ ŁŁŲ§ŁŁ ŁŁŁŁ Ų£ŁŲ¬ŁŲ±Ł Ų±ŁŲ§Ł Ų§ŁŲ·ŲØŲ±Ų§ŁŁ
“Dari sahabat Abdullah bin Amr bin Ash ra, Rasulullah saw bersabda, āTiada seorang muslim yang menanam pohon atau menebar bibit tanaman, lalu (hasilnya) dimakan oleh manusia, burung, atau apapun itu, melainkan ia akan bernilai pahala bagi penanamnya,” (HR At-Thabarani).
Jadi, Islam tidak hanya menyeru umatnya untuk tidak melakukan kerusakan, tetapi juga mengajak untuk secara aktif melestarikan lingkungan.
Generasi Muda dan Bumi Masa Depan
Pemuda sebagai agen perubahan memegang peran penting dalam upaya pelestarian lingkungan. Masa muda merupakan fase dalam kehidupan di mana semangat, energi, dan ide-ide baru berkembang pesat. Dalam ranah pelestarian lingkungan, peran pemuda sangat krusial karena mereka adalah generasi yang akan mewarisi bumi ini di masa depan.
Di Indonesia, pemerintah dan berbagai organisasi telah menyadari pentingnya keterlibatan generasi muda dalam menjaga lingkungan. Mereka dilihat sebagai aset penting yang mampu memimpin gerakan sosial, termasuk dalam isu lingkungan.
Pemuda memiliki potensi untuk menginisiasi berbagai aksi seperti menanam pohon, mengurangi penggunaan plastik, hingga mengembangkan teknologi ramah lingkungan. Gerakan-gerakan ini bukan hanya memberikan dampak langsung terhadap alam, tetapi juga mendidik masyarakat akan pentingnya menjaga bumi.
Keterlibatan pemuda juga penting dalam kampanye perubahan perilaku, karena mereka cenderung lebih responsif terhadap teknologi dan informasi. Dengan memanfaatkan platform digital, mereka dapat menyebarkan pesan-pesan lingkungan secara luas, menciptakan kesadaran kolektif yang lebih besar.
Warisan Ustadz Abdullah Said
Salah satu contoh konkret tokoh yang berdedikasi terhadap lingkungan adalah Ustadz Abdullah Said, pendiri Hidayatullah. Pada bulan Juni 1984, beliau menerima penghargaan Kalpataru dari pemerintah Indonesia.
Kalpataru adalah penghargaan tertinggi yang diberikan kepada individu atau kelompok yang berjasa dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Penghargaan ini diberikan kepada Ustadz Abdullah Said sebagai perintis dan pengabdi lingkungan atas inisiatifnya dalam menciptakan lingkungan hijau dan asri di kawasan pesantren yang ia dirikan. Inisiatif tersebut bukan hanya sekadar aksi fisik, melainkan juga representasi dari nilai-nilai Islam yang menghargai kelestarian alam.
Peran Abdullah Said dan Hidayatullah dalam pelestarian lingkungan patut dicontoh oleh umat Islam di seluruh dunia, khususnya oleh para murid dan kader kadernya.
Dengan mendirikan pesantren yang hijau dan asri, Ustadz Abdullah Said menekankan pentingnya lingkungan yang sehat sebagai bagian dari proses pendidikan. Pesan ini memiliki relevansi yang kuat di era modern ini, ketika perubahan iklim menjadi ancaman serius bagi umat manusia.
Hidayatullah, dengan demikian, perlu terus mengembangkan program-program yang sejalan dengan ajaran Islam dalam hal pelestarian lingkungan. Hal ini sejalan dengan prinsip Islam yang memandang alam sebagai amanah dari Allah SWT. Manusia diberikan tanggung jawab sebagai khalifah (pemimpin) di bumi, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
ŁŁŲ§ŁŲ°Ł ŁŁŲ§ŁŁ Ų±ŁŲØŁŁŁŁ ŁŁŁŁŁ ŁŁŁ°Ū¤ŁŁŁŁŁŲ©Ł ŁŲ§ŁŁŁŁŁ Ų¬ŁŲ§Ų¹ŁŁŁ ŁŁŁ Ų§ŁŁŲ§ŁŲ±ŁŲ¶Ł Ų®ŁŁŁŁŁŁŁŲ©ŁŪ
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'” (QS Al-Baqarah: 30). Sebagai khalifah, manusia bertanggung jawab untuk menjaga alam dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijak.
Aksi Lingkungan Berbasis Spiritualitas
Pelestarian lingkungan tidak hanya dapat dilihat dari sisi material dan fisik, tetapi juga harus dilihat sebagai bentuk pengabdian kepada Sang Pencipta. Setiap tindakan manusia terhadap alam, baik itu kerusakan maupun pelestarian, akan diperhitungkan di hari akhir. Islam mendorong umatnya untuk bertanggung jawab tidak hanya pada diri sendiri dan sesama manusia, tetapi juga kepada alam semesta.
Dalam salah satu hadisnya, Rasulullah SAW bersabda, “Dunia ini hijau dan indah, dan Allah telah menunjuk kamu sebagai khalifah-Nya di dunia. Dia melihat bagaimana kamu bertindak” (HR Muslim). Hadis ini menekankan betapa pentingnya menjaga keindahan dan kesuburan alam, karena di dalamnya terdapat kebijaksanaan dan tanggung jawab manusia sebagai pemimpin di bumi.
Di tengah perubahan iklim yang semakin mengancam, umat Islam dapat mengambil inspirasi dari ajaran-ajaran agama yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan alam. Misalnya, ajaran untuk tidak boros dan memanfaatkan sumber daya secara efisien sebagaimana dalam Al-Qur’an, “Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (QS Al-A’raf: 31).
Tantangan yang dihadapi dunia saat ini dalam menangani perubahan iklim semakin kompleks. Namun, dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, masyarakat, dan khususnya pemuda, harapan untuk masa depan yang lebih baik masih ada.
Maka, sebagai pemuda, kita perlu mengambil inspirasi dari tokoh-tokoh seperti Ustadz Abdullah Said yang secara konsisten menunjukkan bahwa pelestarian lingkungan bukan hanya sebuah kewajiban sosial, tetapi juga spiritual.
Keterlibatan generasi muda dalam program pelestarian lingkungan sangat penting untuk mengamankan masa depan. Mereka adalah generasi yang akan menerima dampak terburuk dari perubahan iklim jika tidak ada langkah nyata yang diambil saat ini.
Oleh karena itu, gerakan pelestarian lingkungan harus terus didorong dengan semangat kebersamaan, keberlanjutan, dan spiritualitas yang mendalam. Islam sebagai agama yang menyeluruh telah memberikan pedoman yang jelas tentang bagaimana umat manusia harus memperlakukan alam.
Melalui penghargaan Kalpataru yang diterima oleh Ustadz Abdullah Said, kita belajar bahwa setiap individu, tak peduli sebesar atau sekecil apapun perannya, dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pelestarian lingkungan. Sebagai umat Islam, kita diingatkan kembali akan tugas kita sebagai khalifah di bumi.
Pemuda sebagai penerus generasi juga harus terus dilibatkan dalam setiap upaya pelestarian lingkungan. Dengan semangat spiritualitas, ketekunan, dan kerja sama, kita dapat menjaga bumi ini tetap hijau dan asri untuk generasi yang akan datang.[]
*) Adam Sukiman, penulis adalah research internship Progressive Studies & Empowerment Center (Prospect) dan Ketua Pengurus Wilayah Pemuda Hidayatullah Daerah Khusus Jakarta.