Hidayatullah.or.id — Jam di dinding Aula “Prasmanan” Kampus Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, menunjukkan pukul 06.00 WITA. Suasana masih pagi, ketika seratusan santri Ma’had Tahfidz al-Qur’an Ahlus Shuffah Putri, telah memadati ruang serba guna milik pesantren.
Hari itu, Ahad (27/04/2014), para santri Tahfidz memiliki hajatan istimewa. Yaitu acara khataman atau sima’an 30 juz dari santri yang dianggap sudah menyempurnakan hafalannya sebanyak 30 juz.
Berbeda dengan setoran hafalan biasa (sima’an), acara Khataman tersebut mewajibkan santri memperdengarkan seluruh hafalan mereka tanpa putus dalam sekali waktu (pen; sekali duduk) saja. Umumnya, acara Khataman digelar dalam sekali dalam setahun. Sebagai sarana menguatkan sekaligus memastikan hafalan 30 juz seorang santri penghafal.
Kali ini, Ma’had Tahfidz al-Qur’an Ahlus Shuffah Putri menampilkan Ulin Nuha, salah seorang santri terbaik mereka dari kelas III Madrasah Ulya (setingkat Madrasah Aliyah). Putri dari pasangan Ir. Khairil Baits yang juga salah satu Ketua PP Hidayatullah dan Rusmini, ini berhasil menyelesaikan hafalan 30 juz dalam kurun waktu 3 tahun.
Dalam kesempatan yang sama, Majrah, Kepala Ma’had Tahfidz al-Qur’an Ahlus Shuffah Putri menyatakan rasa syukur yang sangat mendalam atas keberhasilan santri-santrinya menyelesaikan hafalan kamil (sempurna) sebanyak 30 juz.
“Kita semua layak untuk bersyukur sebab hal ini tentu bukan capaian yang mudah atau sederhana,” ucap Majrah dalam sambutannya mengawali acara.
“Namun hendaknya semua ini tidak lalu melalaikan kita untuk mengamalkan apa yang telah kita hafal dari al-Qur’an,” imbuh ustadzah lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah ini.
Usai acara sambutan, selanjutnya Ulin Nuha dipersilakan memperdengarkan hafalannya di hadapan dewan penguji. Dewan penguji yang terdiri dari sejumlah ustadzah hafidzah senior itu bertugas menyimak dan menilai hafalan Ulin Nuha, sebagai santri teruji.
Untuk meningkatkan kualitas hafalan, para dewan penguji tersebut juga dibantu oleh beberapa orang santri yang sudah mencapai hafalan 20 juz lebih.
“Selain membantu menyimak hafalan, kita berharap para santri tersebut juga kian termotivasi dalam menyelesaikan hafalan mereka,” ujar Majrah menerangkan.
Tepat pukul 11.30 Ulin Nuha berhasil menyelesaikan tilawah hafalannya sebanyak 10 juz tanpa putus. Ulin mengawali hafalannya mulai dari juz ke-21 hingga juz paling akhir, yaitu juz ke-30. Dengan hafalan yang nyaris tanpa cacat tersebut Ulin Nuha berhasil memukau dewan juri dan seluruh undangan serta para santri yang turut hadir memenuhi hari bersejarah tersebut.
“Alhamdulillah, kak Ulin berhasil dalam acara khataman ini,” kata Layla Farhana, santri kelas II Ulya yang merasa turut berbahagia mewakili rekan-rekannya yang lain.
Berbagai ucap syukur dari segenap santri dan para undangan menjadi penghias di penghujung acara Khataman tersebut. Setidaknya hal itu terungkap dari sambutan penutup yang disampaikan oleh Ibu Aida Chered, istri dari Abdullah Said, pendiri Pesantren Hidayatullah.
Aida Chered mengaku tak sanggup berkata-kata lagi dan sangat terharu dengan keberhasilan santri-santri Tahfidz al-Qur’an menyelesaikan hafalannya.
“Kita semua berharap semoga semakin banyak hafidz dan hafidzah al-Qur’an yang lahir dari rahim Gunung Tembak sebagai markas dakwah dan perjuangan Islam ini,” ujar Aida yang diaminkan oleh seluruh hadirin yang ada. */ Masykur Abu Jaulah