اَلْحَمْدُ ِللهِ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مُبَارَكًا، وَفَرَضَ عَلَيْنَا الصِّيَامَ لِأَجْلِ التَّقْوٰى. أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مَحَمَّدِ نِالْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى
أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ يَاۤأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءٰمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
Ma’aasyiral Muslimiin jamaah shalat Jumat rahimakumullaah
Alhamdulillah, bulan Ramadhan yang dirindu, dengan do’a khusus menunggunya, kini telah bersama dengan kita.
Kedatangannya disambut umat Islam seluruh dunia dengan ucapan marhaban yaa Ramadhan. Sebuah ungkapan penyambutan yang berbeda dengan penyambutan bulan-bulan lainnya.
Mengapa Ramadhan itu ditunggu dan disambut istimewa? Karena bulan Ramadhan adalah syahrun mubarak, bulan penuh berkah.
Para ulama mengartikannya ziyadatul khair, yaitu bertambahnya kebaikan. Bahwa di bulan Ramadhan, Allah Subhanahu wa ta’ala mendatangkan kebaikan-kebaikan dan menjadi momen kemenangan Umat Islam.
Kehadiran Ramadhan membawa dua nilai besar, yaitu turunnya Al Qur’an dan diwajibkannya berpuasa, sebagaimana dalam firman-Nya:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu yang hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. Dan barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain” (QS. Al-Baqarah [2]: 185).
Ma’aasyiral Muslimiin jamaah shalat Jumat rahimakumullaah
Beratus-ratus tahun lamanya manusia dalam kegelapan, hidup tanpa arah, berlomba tanpa nilai yang jelas. Tidak ada standar nilai yang menentukan apa itu benar atau salah, halal atau haram, terhormat, atau bermaksiat. Manusia hidup sesuai dengan fikiran dan hawa nafsunya.
Hidup fatamorgana itu akhirnya mulai tercerahkan ketika ada cahaya dari Rabb Pencipta alam. Yaitu saat turunnya Al Qur’an pertama kali kepada manusia pilihan, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Peristiwa yang terjadi di bulan Ramadhan itu menjadi awal dari revolusi kehidupan manusia. Khususnya di kawasan jazirah Arab, manusia mulai hijrah dari hidup biadab menyembah berhala menuju kehidupan penuh adab menyembah Allah Subhanahu wa ta’ala.
Saat turun Al Qur’an pertama kali, seantero jazirah Arab heboh. Pembesar-pembesar Arab jahiliyah gusar dan ketakutan, karena diyakini sebagai peristiwa yang akan mengubah keyakinan, tatanan, dan kepemimpinan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan sahabat yang menerima Al Qur’an dimusuhi, diintimadasi, dan diusir. Namun kemukjizatan Al Qur’an tidak bisa dikalahkan. Mereka yang gigih memusuhi, di kemudian hari menjadi pembela-pembela Al Qur’an.
Hidup mulia bersama Al Qur’an dan tersesat karena berpaling dari peringatan-peringatannya. Sebagimana disebutkan dalam firman-Nya:
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّى هُدًى فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَاىَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ
“Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku (al-Qur’an), lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta” (QS. Thaha: 123-124).
Abdullah bin Abbas berkata ketika menjelaskan dua ayat tersebut, bahwa:
“Allah menjamin kepada siapa saja yang membaca Al-Qur’an dan mengikuti apa-apa yang ada di dalamnya, bahwa dia tidak akan sesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat”. [Tafsir ath Thabari, 16/225].
Ma’aasyiral Muslimiin jamaah shalat Jumat rahimakumullaah
Al Qur’an mencerahkan hidup manusia dengan aqidah tauhid, akhlak mulia, menyembah hanya kepada-Nya, dan menjadi sistem hidup dalam membangun peradaban Islami.
Interaksi yang dibangun mulai tingkat pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Sampai terwujud kaaffatan linnas dan rahmatan lil’alamin. Manusia menjadi mulia dengan Al Qur’an dan tercampak hina karena meninggalkannya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
عَنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ
إنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الكِتَابِ أقْوَاماً وَيَضَعُ بِهِ آخرِينَ رَوَاهُ مُسْلِمٌ .
Dari Umar bin Al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mengangkat (meninggikan derajat manusia) dengan kitab ini (Al-Qur’an) dan merendahkan kaum yang lain dengannya juga.” [HR. Muslim, no. 817]
Berinteraksi dengan Al Qur’an dimulai dari yang paling dasar, yaitu membacanya secara benar. Membaca Al Qur’an ibarat kita sedang bercakap dengan Allah Subhanahu wa ta’ala.
Salah baca berarti salah cakapnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Di sinilah pentingnya kita membaca Al Qur’an bersama guru atau musyrif yang tartil (bersanad) bacaannya.
Membaca al Qur’an dengan benar akan menghadirkan ketenangan jiwa, menjadi kekuatan spiritual. Nilai-nilainya akan membimbing fikiran menemukan solusi dalam kehidupan.
Lama bersama Al Qur’an berarti mengurangi peluang untuk yang melakukan keburukan. Dari segi ini saja sudah memberi manfaat dalam manajemen waktu Ramadhan.
Ma’aasyiral Muslimiin jamaah shalat Jumat rahimakumullaah
Mari kita jadikan bulan Ramadhan ini sebagai bulan AlQur’an. Kita manage waktu tilawah dan tadarrus. Dan lebih afdhal bila bermajelis dengan tahsin dan kajian-kajian khusus.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberi jaminan khusus bagi orang-orang yang bermajelis Qur’an, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang masyhur:
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَه
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya” (HR. Muslim no. 2699)
Semua waktu bisa digunakan berinteraksi dengan Al Qur’an, namun ada waktu yang mustajab dan lebih kuat pengaruhnya, yaitu di malam hari. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala:
إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا
“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan” (Q.S. Al Muzzammil : 6)
Abdullah Ibnu Mas’ud menuturkan,
وَكَانَ يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ
“Beliau (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam) bertemu Jibril pada setiap malam bulan Ramadhan untuk tadarus Al-Qur’an“
Artinya, disetiap malam di bulan Ramadhan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tadarrus bersama Malaikat Jibril, untuk menguatkan hafalan dan makna-makna dari kandungan Al Qur’an,
Kita sangat bersyukur karena Allah Subhanahu wa ta’ala sudah hadirkan para penghafal al Qur’an dengan bacaan yang tartil.
Dan, khusus di bulan Ramadhan, para penghafal al Qur’an menyebar menjadi imam shalat tarawih atau tahajjud dengan durasi satu juz satu malam. Ada dua keutamaan sekaligus dalam momen ini, yaitu qiyamu Ramadhan dan tilawah 1 juz satu malam.
Ma’aasyiral Muslimiin jamaah shalat Jumat rahimakumullaah
Perintah qiyamu Ramadhan dengan tilawah Al Qur’an 1 juz satu malam hendaknya menjadi skala perioritas.
Jaminan dari Allah Subhanahu wa ta’ala sungguh luar biasa, salah satunya adalah kedudukan yang tinggi dan terpuji, sebagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala beri jaminan dalam firman-Nya:
وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا
“Pada sebagian malam lakukanlah shalat tahajjud sebagai (suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji” (Q.S. Al Isra : 79)
Inilah rumus kehidupan untuk mencapai kemuliaan dan kemenangan. Kita bisa meraih nilai-nilai yang mulia tersebut dan mengulang sejarah peradaban Islam yang gemilang.
Mari kita bangun tekad baru di bulan mulia ini untuk lebih dekat dengan Al Qur’an, mengembil energi spiritual dari setiap ayat-ayat yang dibaca.
Serta memahami kandungannya yang diharapkan menjadi qaulan tsaqila dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Dan, harapan tertinggi, adalah hadirnya peradaban Islam yang membawa kedamaian dan keselamatan semesta.
وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد
Do’a Penutup
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ……. عِبَادَ اللهِ
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُو