LEBAK (Hidayatullah.or.id) — Pondok Pesantren Nurus Salam, yang berdiri di Kampung Pasir Mantang, Desa Pondok Panjang, Kabupaten Lebak, telah menjadi pusat pendidikan agama sejak 2015. Meski menjadi mercusuar pendidikan bagi masyarakat sekitar, pesantren ini menghadapi tantangan besar, yaitu ketiadaan sumber air bersih yang layak, yang berdampak signifikan pada keseharian dan kualitas pendidikan para santri.
Pengasuh pesantren, Ustaz Lindanugraha, yang kini berusia 37 tahun, telah berjuang keras untuk memastikan kebutuhan dasar pesantren terpenuhi. Namun, keterbatasan infrastruktur membuat perjuangan itu tidak mudah.
Dua kali usaha penggalian sumur, dari 2016 hingga 2018, gagal akibat kondisi tanah berbatu yang keras. Akibatnya, pesantren hanya mengandalkan tadah air hujan dan air kubangan sawah yang harus diambil dari lokasi jauh. Jalanan terjal dan berbatu memperparah upaya mendapatkan sumber air.
“Air bersih adalah kebutuhan dasar. Tanpa itu, kami sulit menjaga kesehatan dan kenyamanan santri dalam belajar,” tutur Ustaz Lindanugraha.
Ia, yang berasal dari keluarga sederhana—ayah seorang tukang kayu dan ibu seorang buruh kebun—menunjukkan tekad luar biasa untuk menghadirkan pendidikan berkualitas bagi generasi muda meski di tengah keterbatasan.
Kesulitan ini tidak hanya memengaruhi kehidupan sehari-hari, tetapi juga menghambat proses belajar mengajar. Santri yang belajar mengaji harus melakukannya dalam kondisi yang kurang ideal. “Kami berharap ada bantuan dari pemerintah maupun masyarakat agar para santri bisa belajar dan tinggal di lingkungan yang layak,” tambahnya.
Kesulitan yang dialami Ponpes Nurus Salam mencerminkan tantangan yang dihadapi banyak pesantren di daerah terpencil. Infrastruktur dasar, seperti akses air bersih, masih menjadi kendala yang sulit diatasi. Karena itu, dukungan dari berbagai pihak menjadi sangat penting.
Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (Laznas BMH) turut memberikan perhatian kepada Ponpes Nurus Salam. Kepala Divisi Program dan Pemberdayaan BMH Banten, Roni Hayani, mengatakan pihaknya memahami betapa pentingnya air bersih bagi kelangsungan pendidikan dan kesehatan santri.
“Melalui zakat, infak, dan sedekah, kami berkomitmen membantu pesantren ini menemukan solusi jangka panjang,” ungkap Roni Hayani.
Kontribusi dari zakat, infak, dan sedekah tidak hanya meringankan beban operasional pesantren, tetapi juga memungkinkan terciptanya lingkungan belajar yang lebih baik.
Dalam kasus Ponpes Nurus Salam, dukungan ini membantu memenuhi kebutuhan dasar seperti air bersih, yang pada akhirnya mendukung kesehatan dan kenyamanan santri dalam belajar. Selain itu, bantuan ini juga menjadi investasi jangka panjang untuk menciptakan generasi Qur’ani yang berakhlak mulia.*/Herim