DEPOK (Hidayatullah.or.id) — Usia mengikuti Sidang Senat Terbuka Wisuda Sarjana ke-XI sehari sebelumnya, sebanyak 27 mahasiswa program beasiswa (boarding) mengikuti kegiatan Penugasan Dai Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah sekaligus dirangkai dengan Tasyakuran Renovasi Pembangunan Masjid Ummul Quraa digelar di Pondok Pesantren Hidayatullah, Depok, Jawa Barat, Senin, 25 Rabiul Akhir 1446 (28/10/2024).
Acara yang dihadiri lebih dari 500 peserta ini menghadirkan nuansa penuh syukur dan semangat kebersamaan, memperlihatkan dedikasi para dai dan komunitas Hidayatullah dalam membangun masyarakat melalui dakwah dan pendidikan sebagai mainstream gerakannya.
Kegiatan ini, yang melibatkan para dai sarjana yang akan ditugaskan, bertujuan mempersiapkan para lulusan STIE Hidayatullah sebagai pemimpin dan penggerak di tengah masyarakat serta tempat kerja. Peresmian kembali Masjid Ummul Quraa setelah renovasi juga merupakan simbol kesyukuran, mempertegas dedikasi Hidayatullah dalam menyediakan sarana ibadah yang layak dan bermakna.
Pemandu acara, Ust. Hafid Bahar, M.M, menyampaikan Masjid Ummul Quraa yang dapat digunakan kembali usai menjalani renovasi 1,5 tahun ini bukan sekadar bangunan fisik, tetapi juga tempat spiritual yang menjadi pusat pembinaan, dakwah, dan pendidikan, yang kini dipersiapkan untuk menjadi wadah bagi lebih banyak aktivitas keagamaan di masa depan.
Semarak dalam Kekhidmatan
Kemeriahan acara dimulai dengan pembacaan tilawah Al-Qur’an oleh murid SD Integral Hidayatullah, dilanjutkan dengan penampilan hadrah oleh murid Sekolah Pemimpin, serta pembacaan kalam Ilahi oleh Ahmad Aufa, siswa kelas VIII.
Setelah sesi pembukaan yang dipandu oleh Ust. Hafid Bahar, M.M., acara berlanjut dengan sambutan dari Ketua Yayasan Hidayatullah Depok, Ust. Lalu Mabrul, M.Pd.I., yang diikuti oleh sambutan dari Ketua Pembina, Ust. Ir. Abu A’la Abdullah. Sambutan-sambutan ini menyoroti pentingnya kerja sama dan sinergi dalam menumbuhkan dakwah yang menyeluruh di seluruh pelosok negeri.
Pada momen istimewa, SK Penugasan Dai dibacakan oleh Ketua Departemen SDI DPP Hidayatullah, Ust. Muhammad Arfan AU, diiringi dengan pengalungan sorban oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Hidayatullah, Ust. Dr. H. Nashirul Haq, bersama KH. Hamim Thohari, serta tokoh sesepuh Hidayatullah, Haji Tahtit Eko Budi Susilo.
Pengalungan sorban ini mengandung simbol pemberangkatan para dai untuk menjalankan amanah dakwah dengan keikhlasan dan kesungguhan.
Dalam sesi sambutannya menyapa dai sarjana dan hadirin, Haji Tahtit Eko Budi Susilo menyampaikan pesan penting yang mengingatkan para dai akan tantangan dakwah di era modern. Dia menegaskan bahwa perjuangan dakwah telah berkembang dari waktu ke waktu.
“Kita sudah mengalami semua seperti adik-adik yang dulu dikatakan beda dengan sekarang. Kalau dulu merintisnya merintih, merintihnya merintis, kalau sekarang sudah ada semua, Insya Allah beda,” katanya.
Haji Susilo menekankan pentingnya keikhlasan dan kemampuan dalam menjalankan amanah yang telah dipercayakan kepada para dai, serta keyakinan bahwa segala sesuatunya akan berjalan sesuai dengan kehendak Allah SWT jika dilakukan dengan penuh ketulusan.
Sementara itu, Ust. Dr. H. Nashirul Haq, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Hidayatullah, dalam taushiyahnya juga menekankan pada nilai militansi dan keberanian dalam menghadapi tantangan dakwah. Ia menggarisbawahi pentingnya memperkuat kapabilitas melalui pengalaman dan kaderisasi yang mendalam di lingkungan Hidayatullah.
“Maka antum di umur seperti ini benar-benar kesempatan untuk meningkatkan kapabilitas. Dan saya sempat sampaikan kepada adik-adik di sini, antum boleh saja menimba ilmu di berbagai perguruan tinggi, tapi untuk mendapatkan gemblengan perkaderan yang membangun militansi, inovasi, dan keberanian, ya tempatnya di Hidayatullah,” ungkapnya.
Nashirul juga mengibaratkan proses kaderisasi ini dengan proses penempaan emas, “Emas itu semakin tempaannya kuat (maka) semakin bagus kualitasnya, begitu juga perkaderan,” imbuhnya.
Beliau juga menambahkan bahwa kekuatan dakwah Hidayatullah tak lepas dari doktrin keyakinan dan ketaatan kepada Allah SWT yang memungkinkan dakwah untuk hadir di 425 titik di seluruh Indonesia. Dia pun berharap agar para dai baru terus menjaga integritas dan komitmen dalam menyebarkan nilai-nilai Islam ke penjuru negeri.
Pada akhir acara, penghargaan khusus diberikan kepada individu-individu yang telah berkontribusi dalam pembangunan, perkembangan dakwah, dan pendidikan umat. Cinderamata sebagai simbol penghargaan dan apresiasi diserahkan kepada Haji Tahtit Eko Budi Susilo, Haji Andi Iman Loebis, Haji Amrul Partomuan Pohan, Direktur BMH Supendi, Gus Sulthon, dan arsitek Masyuri Kurniawan.[]
(Laporan dan foto oleh Mercyvano Ihsan, santri kelas IX peserta kelompok Program Lifeskill Jurnalistik Sekolah Integral Hidayatullah Depok Angkatan 2024)