Hidayatullah.or.id — Intelektual muda muslim, Nashirul Haq, menyerukan pentingnya persatuan dalam rangka menyemai kebangkitan umat Islam untuk tegaknya peradaban Islam yang luhur dan berkemajuan.
Hal itu dikatakan Nashirul saat menjadi pembicara dalam acara Tabligh Akbar di Masjid Umar Alfaruq, Jalan Bumi Tamalanre Permai (BTP), Kota Makassar belum lama ini ditulis Hidayatullah.com, Jum’at (15/5/2015).
Adapun sebab-sebab perpecahan ummat yang dijelaskan Ustadz Nashirul pada acara itu, diantaranya karena umat Islam jauh dari agama.
Dan, fenomena ini, jelas Nashirul, telah isyaratkan oleh Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani:
“Apabila kamu berjual beli dengan Al’Ila (riba), lalu kamu mengikuti seekor lembu dan kamu lebih cenderung kepada pertanian, kemudian meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menimpahkan kehinaan diatas kamu. Dan kalian tidak dapat mencabut kehinaan itu, dan kalian tidak kembali kepada Islam.”
Sebab perpecahan umat yang lainnya adalah saratnya berbagai kepentingan di dalam tubuh umat Islam. Perpecahan ummat ini dalam konteks yang lebih besar, jelas Nashirul, biasanya berkelindan tidak saja dalam level organisasi atau partai politik, tetapi juga negara.
“Ada kencendrungan sengaja tidak mau bersatu karena ternyata ada kepentingan yang kalau dia menyatu kepentingan itu tidak terwujud. Sehingga memang sengaja untuk berpisah, karena ada egoisme, ada interest,” lanjutnya.
Akademisi yang menempuh pendidikan di International Islamic University Malaysia (IIUM) ini mengemukakan bahwa fenomena perpecahan seperti itu tak dapat dinafikkan juga menimpa organisasi-organisasi Islam. Terlebih lagi perpecahan yang bersifat personal.
“Ada orang yang tidak mau terlibat dalam organisasi Islam, tidak mau diikat dalam persatuan dan perjuangan. Kenapa, karena tidak mau diatur,” tukasnya.
Hal yang juga sangat krusial penyebab munculnya perpecahan umat Islam adalah maraknya penyimpangan dalam agama. Penyimpangan ajaran Islam menurut Nashirul membuat ummat Islam bercerai berai.
“Muncul banyak kelompok aliran sesat yang menyimpang dari kemurnian ajaran Islam bahkan ada yang mengaku sebagai nabi,” imbuhnya anggota Dewan Syura PP Hidayatullah ini.
Nashirul menegaskan, fenomena inilah yang diwanti-wanti oleh Allah Ta’ala sebagaimana yang telah terjadi kepada kaum lainnya. Allah berfirman: “Janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lain, yang akan menjadikan kalian bercerai berai dari jalan Allah” (QS. Al-An’am 153).
Juga dalam firman-Nya yang lain, kata Nashirul, kita diperintahkan untuk berpegang teguh kepada kemurnian ajaran Islam yang luhur agar persatuan dan soliditas senantiasa kokoh. Hal itu sebagaimana diterangkan dalam Al Qur’an Surah Ali Imran ayat 103:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan), maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang bersaudara. Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.
Nashirul menerangkan, bahwa Imam Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini menekankan perintah agar umat Islam selalu bersatu dalam jamaah dan melarang kita untuk bercerai berai.
Ayat ini mengingatkan kaum muslimin bahwa dahulunya mereka adalah umat yang bercerai berai, saling bermusuhan, dan selalu berselisih. Karena sebelum datangnya Islam ke Madinah, sebagaimana yang masyur dalam sejarah, ada dua suku yang selalu bertikai dan itu tidak pernah berakhir, yaitu suku ‘Aus dan Khazraj.
“Mereka saling bermusuhan antara satu dengan yang lain, hinggalah kemudian datang Islam, meyatukan mereka dengan Tauhid,” kata Nashirul.
Memang, lanjut Nashirul, sudah menjadi sunnatullah bahwa manusia itu selalu berselisih. Selalu bermusuhan karena manusia punya tabiat hasad dan dengki. Karenanya, disitulah diperlukan kelapangan hati untuk mengedepankan ukhuwah dan kepentingan umat yang lebih luas.
“Manusia punya sifat egoisme yang selalu ingin menang, sehingga itulah yang menjadi penyebab perselisihan,” imbuhnya memungkasi. (one/ybh)