MEDAN (Hidayatullah.or.id) — Matahari pagi di Jalan Pipa Utama, Sari Rejo, Medan Polonia, menyinari puing-puing rumah Ibu Salamah yang dilanda musibah kebakaran pada Ahad, 15 Jumadil Awal 1446 (17/11/2024). Tragedi ini memusnahkan separuh rumahnya, peralatan masak, dan motor yang menjadi andalan keluarga.
Namun, di tengah duka tersebut, terpancar secercah harapan melalui aksi solidaritas para santri Rumah Quran An Nur Al-Barokah yang menyerahkan bantuan hasil sedekah mereka pada 23 November 2024.
Penyerahan bantuan dipimpin oleh Lukman, Kepala Lembaga Amil Zakat Nasional Baitulmaal Hidayatullah (Laznas BMH) Sumatera Utara, bersama Ibu Susi Ritonga, guru Rumah Quran An Nur. Dengan penuh semangat, para santri menyerahkan bantuan langsung di lokasi rumah yang terbakar.
“Kami ingin menanamkan semangat peduli kepada santri sejak dini, karena kepedulian adalah bagian dari adab Islam,” ungkap Ibu Susi, menekankan pentingnya pembentukan karakter melalui keterlibatan langsung dalam aksi sosial.
Ibu Salamah, seorang guru ngaji yang mengabdikan hidupnya untuk mengajar anak-anak RA Abdurrahman dan memberikan pelajaran Al-Qur’an di rumahnya, menyambut bantuan ini dengan haru.
“Semoga Allah membalas sedekah adik-adik ini dengan pahala dan keberkahan ilmu,” ucapnya penuh syukur. Bantuan tersebut menjadi langkah awal bagi Ibu Salamah untuk memulihkan rumahnya dan melanjutkan aktivitas mengajarnya.
Lukman, mewakili BMH, menyampaikan bahwa momen-momen seperti ini menegaskan pentingnya peran lembaga sosial dalam merespons kebutuhan masyarakat.
“Kami berharap bantuan ini tidak hanya meringankan duka Ibu Salamah, tetapi juga membangun semangatnya untuk terus mengajar,” ujarnya.
Sebagai lembaga amil zakat nasional, BMH berkomitmen untuk menghimpun dan menyalurkan zakat, infak, serta sedekah demi membantu masyarakat yang membutuhkan.
Lebih dari itu, aksi ini membawa pesan moral mendalam bagi para santri Rumah Quran An Nur. Mereka belajar bahwa berbagi adalah wujud konkret kepedulian, bagian tak terpisahkan dari nilai-nilai Islam, sekaligus sarana untuk membangun solidaritas dalam masyarakat. “Kami ingin menanamkan nilai bahwa kepedulian adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan seorang Muslim,” tambah Lukman.
Di balik duka, musibah ini menjadi pengingat akan nilai sedekah, infak, dan zakat sebagai jembatan untuk membangun kebersamaan. Dalam Islam, tindakan ini tidak hanya menjadi kewajiban, tetapi juga manifestasi cinta kasih terhadap sesama.*/Herim