Hidayatullah.or.id – Bertempat di masjid Aqshol Madinah, Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya, Jawa Timur, Sirah Community Indonesia (SCI) bekerjasama dengan PW Syabab Hidayatullah Jatim menyelenggarakan kajian Umum dan Launching Sirah Community untuk kota Surabaya pada hari Sabtu (08/10/2016).
Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci al-Quran tanpa melihat mushaf oleh Ali Akbar, mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman al-Hakim (STAIL) Hidayatullah Surabaya kelas takhassus tahfidz semester 5. Lalu dilanjutkan dengan sambutan dari ketua umum Badan Pengurus Pondok Pesantren Hidayatullah surabaya, Ust Aep Saefuddin.
Dalam sambutannya, Aep menyampaikan terima kasih kepada pihak SCI yang memilih Pesantren Hidayatullah Surabaya sebagai tempat launching Sirah Community untuk daerah Jawa Timur.
Sambutan kedua diisi oleh Muhammad Idris M.Pd.I selaku Ketua Syabab Hidayatullah Jatim.
Pihaknya menyampaikan terima kasih kepada pihak SCI karena telah bekerja sama dengan Syabab Hidayatulah Jatim dalam menyelenggarakan acara dan launching SCI Surabaya ini.
Ia juga menyampaikan bahwa setelah agenda launching Sirah Community untuk wilayah Jawa Timur ini akan diadakan agenda lanjutan berupa kajian sirah baik berupa kajian umum maupun dengan sistem klasikal.
“Kita akan adakan kajian umum yang bersifat reguler selama tiga bulan. Kemudian setelah tiga bulan akan diadakan kajian secara lebih intensif dan dibuat sistem klasikal,” katanya.
Acara selanjutnya adalah launching Sirah Community untuk wilayah Jatim oleh pendiri sekaligus pembina SCI, Asep Sobari, Lc yang dilanjutkan dengan kajian umum.
Pengurus Pusat Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) ini menyampaikan latar belakang dia mendirikan Sirah Community.
Keberadaan sirah dalam kajian ilmu keislaman, paparnya, sangatlah penting. Dengan mempelajari sirah, kita akan memahami isi al-Quran dengan baik karena Rasulullah sebagai peraga utama isi al-Quran.
“Sirah adalah implementasi yang paling nyata bagaimana al-Quran diterapkan,” jelasnya.
Selain itu, dengan memahami sirah maka kita juga akan memahami disipin ilmu yang lain seperti akidah, tafsir, fikih, dan lain-lain. Hal itu dikarenakan ada keterkaitan antara sirah dengan berbagai disiplin ilmu.
Namun, lanjutnya, yang tidak kalah pentingnya dalam mempelajari sirah adalah membuktikan kebenaran akidah Islam lalu mengambil ibrah darinya.
Makanya tidak mengherankan generasi awal Islam sangat mementingkan pelajaran sirah. Bahkan mereka mempelajari sirah sebagaimana mempelajari al-Quran.
“Para sahabat mengajari generasi tabiin sirah . sebagaimana mereka mengajarkan al-Quran,” tegasnya.
Maka dari itulah dia mengajak kepara masyarakat agar ikut bergabung denga Sirah Community untuk belajar lebih mendalam tentang sirah untuk kebangkitan Islam.
Dialog Kader Muda di Kaltim
Selain itu, kegiatan intensif Syabab Hidayatullah digelar juga oleh pengurus wilayah Kalimantan Timur berupa sarasehan dialog kader muda Hidayatullah dihadiri perwakilan pengurus PD Syabab Hidayatullah se-Kalimantan Timur.
“Diskusi ini ingin menemukan ide dan pandangan kader muda yang kesemuanya bermuara pada harapan kiprah Hidayatullah ke depan lebih baik lagi dengan mendorong keterlibatan aktif anak-anak muda,” kata Ketua Organizing Committee Pusat Dialog Kader Muda Hidayatullah, Soehardi Soekiman.
Ia melanjutkan, generasi muda Hidayatullah adalah generasi yang mendapatkan nilai-nilai dan ajaran Sistematika Wahyu dari generasi awal namun tidak menutup kemungkinan terjadi bias, kedalaman, dan derajat peragaan yang berkurang dibandingkan yang diterima generasi awal dari pendiri Hidayatullah, Allahu Yarham Ustadz Abdullah Said.
Dengan adanya bias, hal ini dinilai Soehardi, boleh jadi akan menyebabkan generasi muda Hidayatullah berkurang ketertarikannya terhadap Manhaj Sistematika Wahyu yang merupakan metode pergerakan Hidayatullah.
Karena itu, Soehardi mengatakan kegiatan yang terselenggara atas diinisiasi oleh DPP Hidayatullah ini menjadi penting untuk mengurai benang merah tersebut.
Di tengah perubahan zaman di era globalisasi, generasi muda Hidayatullah saat ini tentu berbeda dengan generasi pendahulu lembaga ini. Sebab itu, kata Soehardi, cara berfikir dan cara melihat mereka terhadap sesuatu baik masalah maupun peluang punya spektrum yang berbeda dengan pendahulunya.
“Maka kita memandang perlunya terus membangun komitmen kebersamaan dan keterpaduan gerak dalam mengawal langkah berlembaga kita agar tetap on the track,” jelas Soehardi.
Semangat penyadaran untuk penguatan visi gerakan ini dinilai Soehardi selaras dengan komitmen Hidayatullah dengan beragam jejaring turunannya untuk berbakti bagi umat dan bangsa yang semata mengharapkan ridha Allah Ta’ala semata.
Acara ini disponsori oleh Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (Laznas BMH) yang selama ini menjadi mitra strategis Syabab Hidayatullah dalam pemanfaatan sumber daya manusia.
Diantara program kemitraan yang sudah terjalin adalah penyediaan SDM hasil binaan atau anggota Syabab Hidayatullah yang dimanfaatkan Laznas BMH untuk mendukung program-program keummatan BMH seperti aksi kerelawanan bencana alam, tenaga konsultan ihwal perzakatan, staf pendamping untuk penerima beasiswa BMH, dan kebutuhan sosial lainnya. (ybh/luk)