AdvertisementAdvertisement

Terus Meneguhkan Khidmat Dakwah dan Tarbiyah Islamiyah di Wilayah Penyangga

Content Partner

BOGOR (Hidayatullah.or.id) — Pondok Pesantren Hidayaturrahman (PQH) di Caringin, Ciawi, Bogor, menjadi tuan rumah acara Halaqah Kubra – Silaturrahim Gabungan Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Hidayatullah Daerah Khusus Jakarta (DKJ), Jawa Barat, dan Banten, selama 2 hari, Sabtu – Ahad, 10-11 Rabi’ul Awal 1446 H atau bertepatan dengan 14-14 September 2024.

Dalam kesempatan ini, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Ust. H. Dr. Nashirul Haq, Lc, MA, menyampaikan pesan penting terkait peran wilayah penyangga ini dalam gerakan dakwah dan tarbiyah islamiyah.

Dalam taushiahnya yang dihadiri ratusan kader, Nashirul Haq menekankan betapa pentingnya keberlanjutan gerakan dakwah islamiyah di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.

Menurutnya, ketiga wilayah ini tidak hanya menjadi tulang punggung bagi pergerakan Hidayatullah di Indonesia, tetapi juga selalu tampil sebagai pelopor yang tidak tergantikan dalam mendukung misi dakwah Islam.

“Gerakan dakwah dan tarbiyah tidak boleh berhenti karena DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten adalah wilayah penyangga yang kepeloporannya selalu tak tergantikan, mulai dari sumber daya manusia hingga sumber daya lainnya yang terkandung di dalamnya,” ujar Nashirul Haq di hadapan peserta halaqah di lapangan PQH, Sabtu malam, 10 Rabi’ul Awal 1446 (14/9/2024).

Dalam momen tersebut, Nashirul Haq juga menjelaskan tentang tiga warisan utama Hidayatullah yang menjadi pondasi bagi para kader dalam melaksanakan gerakan dakwah dan tarbiyah. Ketiga warisan itu adalah superstruktur, suprastruktur, dan infrastruktur. Ia mengingatkan bahwa warisan ini tidak hanya berupa bangunan fisik atau jaringan organisasi, tetapi juga mencakup visi besar yang perlu dijaga dan dilanjutkan.

“Superstruktur, suprastruktur, dan infrastruktur adalah warisan yang harus dipahami dan dilanjutkan oleh setiap kader. Warisan ini menjadi landasan dalam menjalankan dakwah islam, yang harus terus kita kembangkan dengan penuh tanggung jawab,” jelas Nashirul.

Superstruktur merujuk pada tatanan organisasi Hidayatullah yang bersifat terstruktur dari pusat hingga ke tingkat daerah, sementara suprastruktur adalah aspek nilai, metodologi, dan semangat yang melandasi seluruh gerakan. Sedangkan infrastruktur mencakup fasilitas dan sarana pendukung yang dibangun untuk memperkuat aktivitas dakwah Islamiyah di berbagai wilayah.

Lebih lanjut, Nashirul Haq menegaskan pentingnya mewujudkan nilai-nilai dasar organisasi Hidayatullah ke dalam sistem yang terintegrasi. Menurutnya, setiap kader harus memastikan bahwa semua tindakan dan program yang dijalankan mengarah pada tujuan utama, yaitu tegaknya kalimatullah hiyal-‘ulya (Kalimat Allah yang tertinggi).

“Nila-nilai dasar organisasi harus mewujud dalam sistem yang kita bangun. Semua yang kita lakukan harus terstruktur dan terukur, semuanya dalam rangka kalimatullah hiyal-‘ulya,” tegas Nashirul.

Dalam penjelasannya, Nashirul menyampaikan bahwa tegaknya kalimatullah tidak hanya berkaitan dengan aspek ritual atau ibadah, tetapi juga mencakup seluruh aktivitas kehidupan. Ini berarti, dakwah islamiyah yang digalakkan Hidayatullah harus bersifat menyeluruh, merangkul setiap aspek kehidupan umat, mulai dari pendidikan, ekonomi, sosial, hingga politik.

Sebagai organisasi yang telah eksis selama puluhan tahun, Nashirul Haq mengingatkan bahwa jatidiri Hidayatullah harus tetap menjadi paradigma yang kokoh bagi setiap kader. Jatidiri ini, kata Nashirul, tidak boleh tergerus oleh tarikan dari luar, apalagi hanya karena melihat hal-hal yang tampak menarik dari satu sisi saja.

“Jatidiri Hidayatullah harus menjadi fikroh (paradigma) bagi segenap kader agar tidak mudah tergoda, tergiur, atau terpesona dengan berbagai tarikan dari yang lain hanya karena melihat dari satu sisi,” ujar Nashirul.

Ia menegaskan bahwa dalam situasi dunia yang semakin kompleks, kader Hidayatullah harus memiliki keteguhan hati dan pikiran dalam menghadapi berbagai tantangan dan godaan. Menurutnya, keteguhan ini hanya bisa dibangun jika setiap kader memahami dengan baik jatidiri Hidayatullah dan mampu menjadikannya sebagai landasan berpikir serta bertindak.

Bekerja dengan Hati dan Nyali

Salah satu bagian penting dari pesan spirit Nashirul Haq adalah saat ia menjelaskan tentang metode gerakan Hidayatullah, yaitu dari fikriyah (pemikiran) ke amaliyah (tindakan). Ia menyebut bahwa setiap pemikiran yang baik harus diwujudkan dalam tindakan nyata, dan gerakan Hidayatullah mengharuskan para kader untuk bekerja dengan penuh keikhlasan, keberanian, dan ketulusan hati.

“Metode gerakan Hidayatullah itu dari fikriyah ke amaliyah, dari konsepsional ke gerakan yang muaranya adalah bekerja sebaik-baiknya untuk mencapai predikat ahsanu ‘amala, yakni bekerja dengan hati, tangan, dan nyali,” ungkap Nashirul.

Ia menekankan bahwa pengkhidmatan Hidayatullah dalam dakwah dan tarbiyah umat harus selalu mengedepankan kualitas dalam setiap amal yang dilakukan. Dengan mengutip ayat Al-Qur’an tentang ahsanu ‘amala (amal terbaik), Nashirul berharap setiap kader Hidayatullah selalu memberikan yang terbaik dalam setiap tugas dakwah yang diemban.

Tantangan dan Harapan

Dalam acara halaqah tersebut, Nashirul Haq juga menyampaikan harapan besar kepada para kader di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Ia meminta sebagai pemakmur bumi agar mereka terus menjaga semangat perjuangan, tidak hanya untuk Hidayatullah, tetapi juga untuk kemajuan umat Islam secara keseluruhan.

“Tantangan di masa depan akan semakin besar, terutama di wilayah penyangga ini. Namun, saya yakin bahwa dengan semangat dan keteguhan hati, kader Hidayatullah akan mampu menjawab setiap tantangan tersebut dengan baik,” kata Nashirul optimis.

Nashirul juga mengingatkan bahwa wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten memiliki potensi besar yang perlu dikelola dengan baik. Dengan sumber daya manusia yang melimpah dan potensi ekonomi yang besar, ketiga wilayah ini diharapkan dapat menjadi lokomotif bagi perkembangan dakwah di masa depan.

Dengan pesan-pesan yang kuat dan relevan, pada kesempatan tersebut Nashirul Haq menegaskan posisi penting Hidayatullah sebagai salah satu gerakan dakwah terdepan di Indonesia. Warisan yang telah ditinggalkan oleh para pendiri, baik itu dalam bentuk superstruktur, suprastruktur, maupun infrastruktur, kini menjadi tanggung jawab bersama untuk diteruskan oleh generasi penerus.

Acara Halaqah Kubra ini berakhir dengan suasana penuh khidmat dan semangat juang yang tinggi. Para peserta yang hadir, mulai dari para pengurus DPW hingga para kader dar tiga wilayah dan santri, mengaku mendapatkan banyak inspirasi dari pidato yang disampaikan narasumber.

“Semoga nilai-nilai yang disampaikan dalam acara ini dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam aktivitas dakwah maupun kehidupan pribadi,” kata Munawwir Baddu, ketua panitia.

Menurut Munawwir, gerakan Hidayatullah tidak hanya berhenti pada tataran konsepsi. Forum ini, dengan menghadirkan para senior sebagai narasumber, menurutnya ingin meneguhkan langlah setiap kader untuk terus bergerak, berkarya, dan memberikan kontribusi nyata bagi umat dan bangsa.

“Dengan semangat ahsanu amala seperti ditekankan Ustadz Nashirul tadi, diharapkan bahwa dakwah Hidayatullah akan terus berkembang dan memberikan dampak positif bagi masyarakat luas, terutama di wilayah penyangga seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten,” tandasnya.*/(ybh/hio)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Hidayatullah dan Revitalisasi Peran Muballigh dalam Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

PERAN muballigh dalam mencerdaskan kehidupan bangsa di Indonesia sangatlah penting. Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi, muballigh terus menjadi...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img