JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah Ust. Dr. H. Nashirul Haq, MA, menutup rangkaian acara Pelatihan Intensif Talenta Muda Muslimat Hidayatullah (Mushida) yang berlangsung selama empat hari di Pusat Dakwah Hidayatullah, Cipinang Cempedak, Otista, Polonia, Jakarta, Ahad malam, 15 Jumadil Awal 1446 (17/11/2024).
Dalam sambutannya, Ketua Umum Hidayatullah, Nashirul Haq menyampaikan apresiasinya terhadap pola pelatihan ini. Dia mendorong pola serupa diterapkan lebih luas dalam organisasi untuk memperkuat regenerasi kepemimpinan berbasis nilai Islam.
“Seperti yang dilaporkan tadi, rata-rata usia peserta adalah dua puluh tahunan. Dalam usia seperti itu, mereka perlu diberi beban ilmu dan tanggung jawab,” ungkapnya.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya pembinaan sistematis bagi generasi muda dengan mencontohkan fase kehidupan Rasulullah SAW. “Allah Subhanahu wa Ta’ala mendidik langsung Rasulullah sejak kecil hingga usia empat puluh tahun. Ini adalah proses tarbiyah yang penuh makna,” tambahnya.
Menurutnya, pembinaan seperti ini penting karena pemimpin sejati tidak lahir secara instan, tetapi melalui proses pembentukan dan pengembangan yang terstruktur. “Ketika seorang individu memiliki potensi, maka pelatihan dan pembentukan yang tepat akan melejitkan talenta tersebut,” tegasnya.
Belajar dari Generasi Pendiri Hidayatullah
Masih dalam kesempatan yang sama, Ustadz Nashirul juga mengingatkan kembali kepada sejarah Hidayatullah yang lahir dari semangat dan karya anak muda.
“Pendiri Hidayatullah, Abdullah Said, bersama rekan-rekannya yang berusia dua puluh tahun hingga dua puluh lima tahun tahun, mampu melahirkan karya besar yang terus kita nikmati hingga hari ini. Artinya, Hidayatullah ini lahir dari anak muda,” jelasnya.
Dia mengimbuhkan pelatihan ini sejalan dengan visi besar Hidayatullah 2023-2025 yang menekankan redesain organisasional dan inovasi dalam berbagai bidang. Salah satu fokusnya adalah memunculkan generasi muda dalam posisi strategis kepemimpinan.
Sebagai ilustrasi, Ustadz Nashirul menyebut nama Muhammad Al-Fatih, pemimpin muda yang menaklukkan Konstantinopel. “Masa kecilnya mungkin sedikit nakal dalam tanda petik, tetapi dengan didikan yang benar, ia mampu menjadi pemimpin besar yang mewujudkan mimpi Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam,” urainya.
Sebagai penutup, Nashirul memberikan motivasi kepada para peserta seraya menegaskan bahwa talenta besar akan berkembang sempurna dengan pembinaan yang tepat.
“Kalian adalah aset umat yang sangat berharga. Jadilah pemimpin yang berorientasi pada visi jangka panjang, melayani masyarakat, dan menjaga amanah Allah Ta’ala,” katanya.
Dengan semangat yang terpancar dari pelatihan ini, Muslimat Hidayatullah sekali lagi membuktikan komitmennya dalam mencetak pemimpin muda yang siap menghadapi tantangan zaman dengan solusi visioner. “Kepemimpinan bukanlah tujuan akhir, tetapi jalan panjang menuju perbaikan umat secara berkelanjutan,” pungkasnya.
Pelatihan 32 Jam dengan Metode Komprehensif
Acara penutupan ini tidak hanya menjadi momentum evaluasi, tetapi juga refleksi terhadap upaya pembinaan generasi pemimpin muda Muslimah yang bertumpu pada nilai-nilai profetik, inovatif, dan kolaboratif.
Pelatihan ini dirancang dengan model pembelajaran beragam, termasuk lecturing, presentasi, diskusi kelompok (LCD), dan sesi berbagi pengalaman.
Direktur Hidayatullah Institute (HI) Muzakkir Usman Asyari, Ph.D, dalam laporannya menyampaikan bahwa kegiatan ini berlangsung dari pukul 07.00 hingga 21.00 selama empat hari dengan total waktu pelatihan mencapai 32 jam.
Adapun materi yang diberikan meliputi empat modul utama yaitu Muslimah dan Kepemimpinan Islam yang menekankan peran perempuan dalam kerangka kepemimpinan berbasis Al-Qur’an, Desain Organisasi dan Pemetaan Wilayah sebagai langkah strategis dalam memahami potensi dan tantangan daerah, Ideasi yang bertujuan mengasah kreativitas dan inovasi para peserta, dan Komunikasi dan Networking, penting untuk membangun jejaring luas yang berdaya guna bagi dakwah.
Menurut Muzakkir, capaian peserta angkatan ini sangat membanggakan. “Alhamdulillah, angkatan ini berhasil mempertahankan kedisiplinan 100 persen seperti senior mereka di angkatan pertama,” ujarnya.
Dia menyebutkan, nilai rata-rata peserta pada tes akhir mencapai 66 dengan skor tertinggi 83, capaian yang dinilai luar biasa mengingat rata-rata usia peserta adalah 20 tahunan.
Pelatihan ini adalah sebuah langkah nyata dalam membangun generasi pemimpin Muslimah yang tidak hanya cakap secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas, visi strategis, dan kemampuan kolaboratif. Dengan fondasi nilai profetik, tambahnya, para peserta diharapkan mampu menjadi agent of change yang membawa dampak luas bagi umat.*/Darwiwing