DALAM setiap ceramahnya, inilah kalimat yang selalu dinukilnya: “Ilahi Anta Maqsudi Waridhoka Matlubi”.
Wahai Tuhanku, Engkaulah tujuanku dan hanya Ridhamu yang kucari!
Kini pelafas dzikir itu telah kembali kepada Dzat Maha Agung yang dirindukannya. Dialah Ustadz Muhammad Hasyim Harjo Suprapto atau karib disapa Ustadz Hasyim HS.
Sosok orangtua, guru, dan dai kelahiran Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, ini kembali ke kharibaan Ilahi di usia 76 tahun pada hari Selasa, 13 Dzulqaidah 1445 H (21/5/2024).
Beliau mengembuskan nafas terakhir di kediamannya yang sederhana di kawasan Villa Mubarak, Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, RT 27, Kelurahan Teritip, Kecamatan Balikpapan Timur, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur sekitar pukul 11.58 WITA.
Kepergian Ustadz Hasyim untuk selamanya ini meninggalkan duka mendalam. Namun, segenap memori akan kiprah, karya, dan warisan pikirannya segera menjadi pelipur lara yang menyirami jiwa jiwa yang berduka atas wafatnya satu dari lima tokoh pendiri Hidayatullah ini.
Dzikirnya yang tenang dan dalam memancarkan kerinduannya pada Tuhan, dari sana terpantul pula pesan pesan almarhum yang selalu membujuk pendengarnya agar hanya membesarkan Allah Ta’ala sebagai satu satunya tujuan.
āJangan ragu untuk menjalankan āprogramā Allah. Pasti Allah kasih anggarannya. Selagi niat benar, ibadah terpelihara, ukhuwah terjamin, maka tidak mungkin Allah menyia-nyiakan kitaā
Demikianlah diantara pesan spiritualnya yang menghunjam, saat memberikan pengarahan dalam salah satu acara DPP Hidayatullah di Pondok Qur’an Hidayaturrahman, Ciawi Bogor, Rabu 11 Oktober 2017.
Ustadz Hasyim bukan orator ulang. Bila ia ceramah atau berpidato suaranya biasa saja. Datar, dari awal sampai akhir. Tapi justru disinilah istimewanya. Pesan pesannya selalu dalam dan mengena.
āCoba tunjukkan kalau kamu itu rindu kepada Tuhan,” cetusnya dalam satu kesempatan meminjam ungkapan sahabatnya, Ustadz Abdullah Said, saat mengisi pengajian rutin kelembagaan di Masjid ar-Riyadh, Balikpapan, Sabtu (20/12/2014.
Ustadz Hasyim yang pernah menempuh pendidikan di Pesantren Darussalam Gontor acapkali menekankan keluhuran niat dalam menjalankan tugas tugas kekhalifan di muka bumi.
Tentang masalah shalat misalnya, ia mewanti wanti betul agar janganlah ia dianggap remeh.
āJika azan telah berkumandang, maka semua urusan harus ditinggalkan. Seluruh santri dan warga wajib menegakkan shalat berjamaah di masjid. Jangan coba-coba melemahkan urusan ibadah ini. Sebab dengannya Allah berkenan memberikan pertolongan-Nya kelak,ā ungkapnya, masih dalam pengajian rutin kelembagaan di Masjid ar-Riyadh itu.
Demikian pula dalam etos kerja. Almarhum getol betul mengingatkan hendaknya sebagai seorang muslim, terutama bagi kader Hidayatullah, harus selalu bersungguh sungguh dan amanah dalam setiap perkerjaannya.
āApapun profesi dan amanah yang diberikan, semuanya harus dilakoni dengan etos kerja yang tinggi. Harus sungguh-sungguh dan mujahadah semaksimal mungkin, gak boleh bekerja asal-asalan,ā tegasnya, seperti dalam rekaman catatan Masykur Suyuthi, kerani di Kampus Hidayatullah Balikpapan.
Kini Ustadz Hasyim telah tiada. Beliau telah dipanggil oleh Dzat sang Maha Pemilik setiap raga, Penguasa alam semesta, Pelipur lara, Penyejuk jiwa, dan hendaknya Dia-lah satu satunya yang selalu bertahta di hati kita.
Seperti selalu almarhum gaungkan dalam setiap taushiahnya:
Ų§ŁŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŲŖŁ Ł ŁŁŁŲµŁŁŁŲÆŁŁŁ ŁŁŲ±ŁŲ¶ŁŲ§ŁŁ Ł ŁŲ·ŁŁŁŁŁŲØŁŁŁ
“Wahai Tuhanku, Engkaulah tujuanku dan hanya Ridhamu yang kucari!”