JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Ada muslim yang apatis bahkan sinis pada tanah Baitul Maqdis, Palestina, yang tak kenal lelah berjuang mendapatkan kemerdekaannya. Pihak pihak yang sinis ini beranggapan Masjidil Aqsha dan Baitul Maqdis hanya masalah ‘politik’ berkepanjangan dan bisa selesai dengan solusi dua negara (two-state solution).
Ketua Departemen Hubungan Antarbangsa DPP Hidayatullah, Babeh Dzikrullah W. Pramudya, menegaskan penilaian semacam itu keliru dan salah kaprah.
“Tidak boleh ada pemuda Hidayatullah yang mengatakan ini kok masalah Palestina lama banget. Ini pernyataan orang yang tidak baca Al Qur’an,” kata Babeh.
Hal itu disampaikan Babeh pada forum Briefing Nasional Pemuda Hidayatullah tentang Baitul Maqdis bertajuk “Framework Sistem Wahyu tentang Baitul Maqdis, Pembebasannya dan Geopolitik Dunia“, Ahad malam, 14 Rabi’ul Akhir 1445 (29/10/2023).
“Kalau baca Al Quran, baca sejarah para sahabat, baca sejarah para mujahidin, kamu tidak akan memandang bingung dan ragu apa yang sedang terjadi. Kalau kamu baca media sosial, baca berita yang ada di WA (Whatsapp), itu pasti akan makin bingung,” katanya.
Mantan wartawan The Brunei Times dan editor senior Majalah Hidayatullah ini menyampaikan bahwa sumber sumber informasi primer tentang Masjidil Aqsha dan Baitul Maqdis, Palestina, sudah tersaji dengan lengkap di dalam Al Qur’an, sejarah Nabi dan para sahabat.
Karena itu, tegas dia, jika tak mau bingung atau tersesat mengenai wacana atau pemberitaan mengenai Masjidil Aqsha, Baitul Maqdis, Palestina, maka bacalah Al Qur’an dan sejarah (shirah) Nabi dan sahabat.
“Saya wartawan 30 tahun di majalah Hidayatullah dan berbagai media yang lain. Saya mau menyampaikan, makin banyak kita baca berita dari koran, makin bingung. Kalau kita bacanya dari Qur’an, makin mantap,” kata salah satu pendiri Hidayatullah.com ini.
Palestina Bisa Merdeka Kapanpun
Sebelumnya pada pertemuan Webinar Pendidikan betajuk “Memahamkan Keluarga tentang Kondisi Palestina” yang digelar Pengurus Pusat Muslimat Hidayatullah, Sabtu, 6 Rabi’ul Akhir 1445 (21/10/2023), Babeh menyampaikan bahwa dengan kekuasaan-Nya, Allah Ta’ala bisa memerdekakan Palestina kapanpun Dia kehendaki.
“Allah Ta’ala yang berkuasa atas segala sesuatu, wa huwa ‘alā kulli syai’in qadīr. Allah Ta’ala bisa memerdekan Masjidil Aqsha dan Baitul Maqdis dalam waktu satu hari, dalam waktu enam jam, bahkan dalam waktu satu jam,” imbuhnya.
Lalu, kenapa Allah Ta’ala memperpanjang dan mengulur ulur sampai 106 tahun sejak Palestina dijajah oleh Israel pada bulan 11 Desember 1917?
“Supaya kaum muslimin mendengarkan penjelasan tentang Masjidil Aqsha dan Baitul Maqdis dan ikut membebaskannya. Supaya kaum muslimim bangkit membebaskan Masjidil Aqsha dan Baitul Maqdis. Nggak ada alasan lain,” terangnya.
Babeh menjelaskan, Allah Ta’ala punya kekuasaan untuk memerdekakan Palestina. Namun, kenapa Allah ulur sampai 106 tahun adalah supaya kita semua membicarakan tentang surah At Tiin, surah Al Isra, surah Al Maidah, membicarakan surah Ar Ruum, membicarakan tentang surah Al Qomar. “Agar kita mendengar pesan pesan kitabullah tersebut,” katanya.
“Supaya dalam shalat kita terus mengangkat tangan kita dan berdoa kepada Allah semoga dimenangkan para mujahidin. (Supaya) kita mengeluarkan tabungan kita untuk jihad Palestina. Supaya kita menyebarkan informasi ini kepada orang orang. Informasi tentang Masjidil Aqsha dan Baitul Maqdis adalah amanah di pundak pundak kita, di handphone handphone kita,” serunya.
Babeh menerangkan bahwa masalah Masjidil Aqsha, Baitul Maqdis, Palestina, tidak mungkin dipisahkan dari politik karena dengan wasilah itulah perjuangan memerdekakan tanah Palestina terus dilakukan. Sebagaimana dulu Indonesia berjuang merebut kemerdekananya melalui jalur politik.
“Kalau ada yang menyebut ini isu politik, memang politik. Indonesia juga merdeka dengan politik, dengan perundingan politik. Memang harus saling mendukung antara politik, militer, ekonomi, sosial budaya, dalam melawan penjajahan itu,” tukasnya.
Relawan yang ikut dalam konvoi kapal Mavi Marmara untuk misi Freedom Flotilla tahun 2010 ini menekankan bahwa isu Palestina pertama tama adalah masalah aqidah, selain sebagai masalah kemanusiaan dan hak asasi manusia.
“Insya Allah, nashrun minallahi wa fathun qorib wa bassyiril mu’minin. Pertolongan Allah dan kemenangan itu sangat dekat. Sangat dekat. Sangat dekat,” tandasnya. (ybh/hidayatullah.or.id)