MAMUJU (Hidayatullah.or.id) — Tidak selalu perjalanan ke suatu tujuan berjalan lancar. Kadangkala ada rintangan yang menghadang yang harus dilewati. Tidak saja soal transportasi, kos, dan lain sebagainya, juga hal tak terduga yang terjadi selama dalam perjalanan.
Namun, betapapun itu, perjalanan untuk urusan yang satu ini selalu menyenangkan. Setidaknya, itulah yang dirasakan Massiara. Ia adalah salah satu peserta inti helatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) yang digelar di Jakarta.
“Sudah lama kita nantikan ini, bertemu dengan sahabat sahabat dari berbagai daerah,” kata Massiara dalam obrolan dengan media ini, Rabu, 4 Jumadil Awal 1443 (8/12/2021).
Massiara bersama koleganya rombongan Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Hidayatullah Sulawesi Barat (Sulbar) telah bertolak dari Mamuju sejak kemarin.
Dari Bumi Manakarra itu, Massiara yang juga sekretaris DPW Hidayatullah Sulbar ini harus menempuh perjalanan darat selama 11 jam menuju Makassar.
Kendati terbilang singkat, perjalanan rupanya tidak selalu mulus, sebab bus yang ditumpangi harus berjibaku dengan medan jalan tak ringan karena rusak yang acapkali mengocok perut penumpang.
“Juga melalui beberapa titik macet sehingga harus mengikuti antrian lewat. Kerusakan badan jalan ini adalah bekas longsoran pasca gempa lalu,” kata Massiara.
Seperti diketahui, gempa bumi hebat memang melanda Sulawesi Barat berkekuatan 6,2 Mw yang melanda pesisir barat Pulau Sulawesi pada tanggal 15 Januari 2021.
Gempa yang berpusat di 7 km timur laut Majene, Sulawesi Barat, ini mengguncang hingga kedalaman 10 km yang mengakibatkan kerusakan parah termasuk infrastruktur jalan dan bangunan.
“Bekas longsoran umumnya masih di wilayah Mamuju, bahkan di Kecamatan Tapalang yang kita lewati diberlakukan buka tutup jalur yang hanya tiga kali sehari,” kata Massiara.
Tidak selesai di Mamuju. Rombongan juga melewati jalur yang cukup menantang di Kabupaten Pangkep. Diketahui, jalur trans Sulawesi di jalan Kemakmuran Poros Pangkep- Makassar terendam air setinggi paha orang dewasa baru baru ini.
Kendaraan yang melalui jalan tersebut berhenti total dan menciptakan kemacetan panjang, mulai dari Bungoro di jalan Kemakmuran hingga jalan Sultan Hasanuddin.
Jalan trans Sulawesi di jalur poros Pangkep yang menghubungkan beberapa kabupaten dan kota di Sulsel bagian utara serta kota provinsi di Sulbar, Sulteng dan Sulut mengalami kemacetan panjang hingga lima kilometer.
“Ketika kita lewat, banjir juga masih lumayan tinggi, tapi hari ini sepertinya sudah berangsur surut,” kata Massiara yang beberapa saat lalu baru tiba di Makassar.
“Insya Allah nanti malam jam 8 malam terbang ke Jakarta,” lanjutnya seraya menambahkan ia membawa beberapa barang titipan sejawatnya untuk sanak kerabatnya yang ada di Jakarta.
“Saya juga bawa oleh-oleh ini untuk kita, tunggu ya,” katanya.
Sudah menjadi kebiasaan di Hidayatullah, jika ada helatan nasional seperti Rakernas, peserta yang ikut pun mendadak jadi pusat “penitipan kilat” yang dititipi berbagai jenis oleh oleh. Selain praktis, mudah dan aman, yang paling utama: gratis!
“Alhamdulillah, ini pertemuan yang selalu kita nanti nantikan, senang sekali tentunya bisa berjumpa dengan kawan-kawan dari daerah lain,” kata Massiara.
Kendatipun harus menempuh perjalanan yang tidak mudah, namun bagi Massiara, hal itu adalah biasa. Malahan, menurutnya, bisa jadi daerah lain menghadapi tantangan medan lebih dari itu.
“Ya, kita nikmati saja. Apalagi kan sudah sering menghadapi kondisi seperti ini, jadi, ya, biasa biasa saja,” katanya tertawa.
Massiara mendoakan Rakernas Hidayatullah yang kali ini mengangkat tema “Konsolidasi Idiil Organisasi dan Wawasan Menuju Standarisasi, Sentralisasi, dan Integrasi Sistemik” berjalan aman, lancar, sukses, dan menurunkan keberlimpahan berkah dari Allah SWT.
“Semoga Allah juga selalu sehatkan kita semua dalam mengemban amanah dakwah untuk mengabdi kepada umat, bangsa, dan negara tercinta ini,” pungkasnya. (ybh/hio)