BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) – Dalam rangka menguatkan komitmen berislam, berbangsa, dan berjamaah dalam organisasi, Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan menggelar Lailatul Ijtima’ selama dua hari.
Acara tersebut berlangsung di Masjid Ar-Riyadh, Kampus Induk Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Teritip, Balikpapan, Ahad malam-Senin pagi, 18-19 Jumadil Akhir 1445 (31/12/2023-1/1/2024).
Kegiatan itu bukan digelar untuk memperingati pergantian tahun Masehi. Tapi, di antaranya untuk menjaga kultur di Pesantren Hidayatullah yang tak mengenal perayaan tahun baru Masehi.
Selain itu, kegiatan itu sekaligus untuk mengondisikan warga dan santri Hidayatullah agar tetap berada di lingkungan pesantren pada malam tahun baru 2024 M.
Sebab, sudah lumrah diketahui, di lingkungan luar pada masyarakat umumnya, malam tahun baru Masehi biasanya diisi dengan hura hura.
“(Kegiatan di masjid) ini sebagai bentuk perlawanan kita (terhadap budaya yang tak sesuai tradisi pesantren),” tegas Pemimpin Umum Hidayatullah KH Abdurrahman Muhammad pada tausyiahnya, Senin bakda subuh, 19 Jumadil Akhir 1445 Hijriyah (1/1/2024).
Acara tersebut diikuti ratusan santri, mahasiswa STIS Hidayatullah, serta warga Hidayatullah. Dirangkai dengan berbagai tausyiah, hiburan Islami, shalat berjamaah, tahajud, penampilan santri penghafal Al-Qur’an, serta arahan terkait dakwah, tarbiyah, dan politik jelang Pemilu 2024.
Dalam kesempatan itu, Ketua Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan, Ustadz Hamzah Akbar, mengingatkan segenap kader Hidayatullah perihal filosofi tugas.
Menurutnya, tugas yang diemban berakar dari amanah yang merupakan hasil syuro. Tentu saja idealnya setiap kader punya semangat, bahkan ambisi kuat dalam menjalankannya.
“Harus ada ‘ambisi’. Kalau orang lain dengan ambisi pribadi tidak terkendali (karena semangat sekali). Kenapa kemudian hal yang bersifat amanah, tugas, konkret, dari sistem kepemimpinan hasil syuro (kita tidak lebih hebat ‘ambisinya’),” terangnya.
Pria yang pernah bertugas di Pesantren Hidayatullah Kutai Kartanegara itu pun memberikan sebuah perbandingan, kaitan dengan tugas dakwah politik di Senayan.
“(Tugas kita sekarang ini) semua berakar pada amanah (yang merupakan hasil syuro kepemimpinan,” tegasnya melanjutkan.
Hamzah Akbar mengingatkan hal yang paling utama dalam hidup berjama’ah yakni visi.
Ia mengimbuhkan, setiap individu dalam jamaah hendaknya memiliki kesadaran berpikir, visi hidup, dan arah gerak yang sama, untuk kepentingan dakwah Islam.* (SKR/MIN/MCU/Hidayatullah.or.id)