JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Pendakwah Islam antarbangsa Lim Jooi Soon hadir sebagai narasumber dalam acara Hidayatullah Global Forum yang digelar serangkaian dengan acara pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Hidayatullah 2023 di Gedung Pusat Dakwah Hidayatullah, Jln. Cipinang Cempedak, Otista, Polonia, Jatinegara, Jakarta, Kamis, 14 Jumadil Awal 1444 (8/12/2022).
Pendiri Interactive Dakwah and Tarbiyah Association (IDT) Malaysia ini berbagi kiat dan inspirasi dakwah khususnya kepada non muslim etnis China. Banyak metode yang ia tempuh dalam berdakwah, diantaranya, dengan pendekatan masalah halal haram.
Kata bro Lim, demikian ia karib disapa, umumnya non muslim tak cukup paham mengapa seorang muslim tak makan daging dari hewan yang disembelih oleh mereka. Oleh sebab itu, masalah ini pun ia jelaskan kepada non muslim.
Menyembelih hewan dalam Islam bukan hanya soal aqidah dengan lafaz yang ditujukan kepada Allah Subhanahu Wata’ala tapi juga erat kaitannya dengan adab memperlakukan hewan.
“Mereka (non muslim) tak tahu cara penyembelihan. Kadang kadang mereka sembelih binatang itu dipotong berkali kali. So, dalam Islam kita hormat binatang, itu saya jelaskan. Kita sayang binatang dan bila kita hendak sembelih binatang, pastikan pisau sangat sangat tajam. Dan, kita tak boleh letak binatang lain di situ untuk melihat kawannya disembelih,” katanya seperti dilansir kanal Youtube Hidayatullah ID | TvHid.
Dalam Islam, hewan dipotong dengan cara sembelihan yang berkali kali gesekan pada lehernya, maka sebenarnya kita sama saja menyiksa binatang tersebut. Sebab itu, tindakan menyiksa hewan semacam itu menyebabkan binatang tersebut tak boleh dimakan.
“Mereka pun tahu, wow! Ternyata Islam sangat menghormati binatang. Ajaran ini bukan hanya sekarang, tapi sudah ada sejak lebih dari 1400 tahun yang lalu,” katanya.
Lim juga berdakwah di komunitas etnis China terutama kalangan niagawan dengan pendekatan produk halal. Dalam metode ini, mereka dicerahkan bagaimana pentingnya kebutuhan populasi muslim terhadap produk produk yang jelas kehalalannya.
Selain itu, dalam dakwahnya Lim menawarkan pendekatan budaya yang harmoni. Melalui metode ini, akan terbangun dialog antar pemeluk agama yang bertemakan dengan pertukaran budaya untuk kebaikan, keselamatan, dan keharmonian.
“Saya gunakan budaya harmoni, saya tak sebut budaya Islam. Padahal, kalau saya terangkan, yang saya jelaskan adalah budaya Islam,” kata Lim.
Melalui pendekatan tersebut, tak sedikit yang takjub dan kemudian memahami ajaran Islam yang memiliki keluhuran budaya.
Lim pun berharap semakin banyak dai atau pendakwah yang terjun langsung dalam menyebarkan riasalah Islamiyah di kalangan non muslim secara luas.
Kepada para pedakwah, Lim pun berpesan agar terus belajar terutama mendalami ushul fiqh atau ilmu hukum dalam Islam yang mempelajari kaidah-kaidah, teori-teori, dan sumber-sumber secara terperinci, sehingga dalam berdakwah dalam menemukan metode yang pas.
“Kalau kamu nak dakwah non muslim bimbing muallaf, kalau kamu tak belajar ushul, kamu bukan membantu tapi menambah masalah,” kata Lim yang pernah belajar kepada Syaikh Ahmad Deedat ini.
Pada kesempatan tersebut, Hidayatullah melalui lembaga Persaudaraan Dai Indonesia (Posdai) menjalin kerjasama dengan Interactive Dakwah and Tarbiyah Association Malaysia yang ditandai dengan penandatanganan Protokol Kerja Sama Dakwah.
Keduanya bersepakat bekerja sama dalam dakwah kepada Allah, kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan kepada Islam melalui program Pertukaran maupun Pelatihan Dai bersama baik di Indonesia maupun di Malaysia pada “Metode-metode dan Pelaksanaan Dakwah kepada Warga Tionghoa (Chinese) Non-Muslim serta Da’wah di Wilayah Perbatasan, Pedalaman dan Terpencil”.
Dalam sambutannya Lim Jooi Soon berharap kerjasama ini akan semakin mengukuhkan akidah dan jatidiri muslim, menjadi media silaturrahim, dan ukhuwah Islamiyah, serta meneguhkan jalinan pertukaran informasi dan saling menguatkan dalam dakwah serta kerjasama antara organisasi dalam mengembangkan dakwah.
Sementara Ketua Posdai Pusat Ust. Samani Harjo menyambut baik penandatanganan Protokol Kerja Sama Dakwah ini dan berharap jalinan kerjasama ini semakin memantapkan gerakan dakwah antar kedua negara.
Dia mengatakan, pihaknya saat ini menyelenggarakan Sekolah Dai bertugas mendidik dan mempersiapkan sumber daya dai yang akan dikirim berdakwah ke berbagai penjuru negeri. Dengan kerjasama ini, ia berharap, sumber daya dai semakin baik lagi. “Santri santri Sekolah Dai akan kita kirim ke Malaysia,” tandasnya.
Murid Sheikh Ahmad Deedat yang juga dikenal sebagai pendakwah internasional dengan pengalaman lebih dari 26 tahun ini memaparkan berbagai isu berkenaan dengan dakwah antarbangsa.*/Yacong B. Halike