DEPOK (Hidayatullah.or.id) — Anggota Dewan Pertimbangan (Wantim) Hidayatullah Ust. Dr. Ir. H. Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar, M.Si, menyampaikan pentingnya mengaktualisasi kekuatan kisah sebagai pola pendidikan metodologi Ilahiyah.
“Metode pendidikan dengan kisah ini langsung dari Allah (Subhanahu Wata’ala),” kata Aziz dalam kegiatan Halaqah Umar bin Khattab usai shalat shubuh di Kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, Jawa Barat, Rabu, 4 Muharam 1446 (10/7/2024).
Ia menyampaikan itu dalam sesi tadabbur usai pengajian tahsin Al Qur’an yang sudah sampai pada surah Hud ayat 120, yang memuat terjemahan sebagai berikut:
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman”.
Metodologi ini disebutnya sebagai pola pendidikan ilahiyah karena difirmankan langsung oleh Allah SWT yang menyatakan bahwa kisah kisah dalam Al Qur’an merupakan peneguh hati bagi orang orang beriman.
“Dalam banyak penelitian juga ditemukan kalau kisah itu penting dalam proses tumbuh kembang anak,” kata peraih gelar doktor dari Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor dengan disertasi “Pendidikan Jiwa dalam Persfektif Hamka dan Aplikasinya dalam Membangun Jiwa Bangsa” ini.
Ia menekankan, pentingnya kisah dalam Al Qur’an tidak terbatas pada peserta didik usia dini, melainkan relevan untuk semua level umur. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam surah Hud ayat 120.
Dalam konteks pendidikan ilahiyah, menurutnya, kisah-kisah yang diceritakan dalam Al-Qur’an memiliki peran sentral. Allah SWT menegaskan bahwa kisah-kisah tersebut berfungsi sebagai peneguh hati bagi orang-orang beriman.
Melalui pendekatan ini, umat memiliki kemantapan keyakinan Tauhid, semangat meniti jalan dakwah, sabar menghadapi berbagai rintangan, dan yakin akan kemenangan di kemudian hari.
Dalam pada itu, penyampaian kisah-kisah Al-Qur’an mengandung tiga muatan utama, yaitu sebagai kebenaran, nasihat, dan peringatan bagi orang-orang mukmin. Ketiga muatan ini, menurut Aziz, menjadi pilar penting dalam pendidikan ilahiyah yang dapat diaplikasikan dalam berbagai situasi kehidupan.
Selain itu, metodologi kisah ini memiliki manfaat lain, diantaranya dapat merangsang imajinasi dan kreativitas. Sebab, terangnya, kisah dapat membawa pembaca atau komunikan ke dunia petualangan, sehingga merangsang imajinasi dan kreativitas mereka.
Kisah juga dapat menumbuhkan rasa ingin tahu. Karena itu, menurutnya, kisah-kisah menarik dalam Al-Qur’an dapat menstimulasi rasa ingin tahu komunikan, sehingga mendorong mereka untuk belajar lebih dalam tentang ajaran Islam.
Disamping itu, kisah juga membantu perkembangan otak, terutama bagi anak usia dini. Cerita-cerita yang disampaikan dengan baik dapat membantu perkembangan otak anak, meningkatkan kemampuan kognitif dan pemahaman mereka.
Aktualisasi Sehari-hari
Kendati demikian, berbagai kisah, termasuk yang terkandung dalam Al Qur’an, hendaknya tetap proporsional ketika disampaikan kepada komunikan. Oleh sebab itu, perlu langkah langkah yang tepat untuk mengimplementasikan metodologi kisah dalam pendidikan sehari-hari, seperti pemilihan kisah yang relevan.
Komunikator perlu memilih kisah-kisah yang sesuai dengan usia dan tingkat pemahaman komunikan. Misalnya, untuk anak-anak usia dini, maka pilih kisah-kisah dengan pesan moral yang sederhana namun kuat.
Ditengah kemajuan zaman hari ini, bila perlu, penyajian kisah kepada komunikan dapat menggunakan media interaktif yang relevan seperti buku bergambar, video, atau permainan edukatif untuk menyampaikan kisah.
Melalui proses pembelajaran dengan kisah yang lebih menarik dan menyenangkan ini, dapat semakin dikuatkan dengan diskusi dan refleksi bersama komunikan guna menyerap pesan yang terkandung dalam kisah dan bagaimana mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih dari itu, sebagaimana dalam banyak ayat Al Qur’an, aktualisasi kekuatan kisah sebagai pola pendidikan metodologi Ilahiyah perlu juga untuk selalu diulang ulang dan dikuatkan.
Pengulangan penyampaian kisah pada kesempatan yang berbeda penting untuk memperkuat pemahaman dan ingatan komunikan serta akan membantu mereka menginternalisasi nilai-nilai yang diajarkan.
“Al-Qur’an sebagai sumber utama pendidikan ilahiyah menyajikan banyak kisah yang dapat dijadikan bahan pembelajaran,” imbuh Aziz, seraya menegaskan kisah-kisah dalam Al-Qur’an sebagai sumber kebenaran, nasihat, dan peringatan memberikan panduan hidup yang sangat berharga untuk meneguhkan hati, membangun karakter, dan mengarahkan umat menuju jalan yang benar. (ybh/hidayatullah.or.id)