BOGOR (Hidayatullah.or.id) – Sekolah Dai Ciomas Bogor menggelar acara wisuda dan penugasan dakwah yang digelar di komplek Sekolah Dai, Desa Sukaharja, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jum’at, 20 Ramadhan 1443 (22/4/2022).
Acara wisuda dan penugasan mahasantri Sekolah Dai Bogor tahun akademik 2021-2022 ini dihadiri juga oleh Ketua Departemen Komunikasi dan Penyiaran Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Shohibul Anwar dan Ketua Bidang Dakwah dan Pelayanan Umat DPP Hidayatullah, Nursyamsa Hadis
Hadir pula pembina Sekolah Dai Ust Samani Harjo, Ketua Departemen Sumberdaya Insani DPPH Arfan AU, Penyuluhan Agama Islam Ciomas Ust Aziz Siswanto, perangkat desa, unsur TNI, Bhabinkamtibmas Desa Sukaharja, dan perwakilan unsur lembaga dan badan pendukung seperti BMH, MTT, Andalan, dan Hisana Chicken.
Ketua Yayasan Sekolah Dai Hidayatullah oleh Ust Saepudin Abdullah, Lc mengatakan sebanyak 28 santri Sekolah Dai angkatan ke-VII ini telah mengikuti program kuliah dai intensif selama setahun.
Ia pun menyampaikan keharuannya menyaksikan wajah ceria penuh semangat para wisudawan dai yang siap ditugaskan mengemban amanah dakwah ke berbagai titik di Nusantara yang membutuhkan.
“Sebanyak 28 orang santri ini bertahan selama setahun dalam mengenyam pendidikan dai,” kata Ust Saepudin.
Saepudin pun berpesan kepada wisudawan untuk selalu bersemangat menyambut tugas dakwah dengan menjunjung tinggi adab dan hikmah dalam menebar risalah Islam. Dia juga menekankan pentingnya bagi para dai muda untuk selalu belajar.
“Semoga kelak dimanpun tempat tugasnya, jangan lupa untuk terus belajar dan belajar,” katanya berpesan.
Sementara itu Ketua Departemen Komunikasi dan Penyiaran Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Shohibul Anwar, dalam pidato wisuda dan penugasan mahasantri Sekolah Dai Bogor tahun akademik 2021-2022 ini menyampaikan apresiasi dan rasa syukurnya atas penyelenggaraan program kuliah dai ini.
“Alhamdulillah Sekolah Dai telah banyak mencetak dai yang tersebar di masyarakat. Mereka tinggal dan berbaur dengan masyarakat, menyelesaikan problem dari masyarakat di usia mereka yang relatif muda,” kata Shohibul.
Shohibul lantas mengungkapkan pengalamannya menyaksikan langsung kiprah para alumni Sekolah Dai dari ujung timur sampai barat Indonesia.
“Pernah ada santri dari Mentawai masih muallaf sampai dikhitan di sini. Ada yang dari Mentawai juga minta ditugaskan di tempat lain, di Halmahera,” katanya.
Shohibul yang rutin melakukan safari dakwah ini sering menjumpai dai yang mengabdi di berbagai pelosok negeri. Belum lama ini ia ke Kepulauan Aru, Maluku dan Desa Dobo, Nusa Tenggara Timur (NTT) menemui dai yang bertugas di pedalaman kawasan itu.
“Kalau dulu dia muallaf, sekarang bikin orang muallaf. Ada yang mengabdi di suku asli sana, suku Togutil. Ada juga yang di Ambon, suku Wana, ada di Flores dan masih banyak lagi,” katanya.
Shohibul merasa terharu dan bangga sebab disaat banyak orang seusia mereka mencari kemapanan, para dai muda ini malah memilih berkecimpung sibuk mengurus dakwah.
“Mereka mengabdi di tengah masyarakat untuk membangun negeri. Kami berharap semakin banyak anak-anak muda dikirim ke sini untuk kemudian dididik dan setelahnya disebarkan ke seluruh penjuru negeri untuk berdakwah,” katanya.
Shohibul mengatakan peran dan kipah Sekolah Dai tak lepas dari dukungan banyak pihak, sehingga amanah pengembangan dakwah yang dipikul ini dapat berjalan dengan baik.
“Tentu ini pengorbanan yang luar biasa dari para pengurus, pengajar, serta dukungan yang luar biasa dari organisasi dan para donatur, sehingga kegiatan Sekolah Dai bisa berkembang seperti saat ini,” imbuhnya.
Pada saat yang sama, lanjut Shohibul, para dai yang ditugaskan di berbagai titik terdepan, terpencil dan tertinggal selalu membangun komunikasi dan silaturahmi denga aparat setempat. Sehingga dai juga meneguhkan peran menjaga keutuhan NKRI dan dalam bingkai kohesi dan sinergitas.
“Dai mengabdi menjadi penggerak merajut daerah terluar dan terpencil dalam dakwah seperti yang saya saksikan sendiri di Kepulauan Aru,” tandasnya.
Senada dengan itu, Ketua Bidang Dakwah dan Pelayanan Umat DPP Hidayatullah, Nursyamsa Hadis, mengemukakan pentingnya peran dai dalam merawat NKRI sebagaimana juga telah menjadi misi Hidayatullah.
“Salah satu peran yang paling vital adalah menjadi dai yang mengajak ke jalan kebenaran, menyerukan kebaikan, keselamatan, kemajuan, dan mengikatkan persatuan. Maka adakah pekerjaan yang lebih baik dari mengajak pada Allah dan beramal shaleh,” kata Nursyamsa.
Kendatipun wisudawan yang akan ditugaskan masih belum seberapa jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan sumber daya dai untuk total wilayah Indonesia, namun menurut Nursyamsa apa yang telah berjalan ini merupakan terobosan yang harus terus digulirkan.
Ia pun membekali para dai agar selalu menjadi pribadi pembelajar dan terus belajar memperdalam agama, karena, terangnya, bagaimana bisa memberi kalau tidak ada yang dapat diberikan.
Dikatakan Nursyamsa, segala sumber daya yang ada mesti diarahkan untuk menggapai ridha Allah SWT. Oleh sebab itua dia mendorong hendaknya pengelolaan apapun berkenaan dengan kepentingan dakwah mesti selalu dikuatkan termasuk dalam mempersiapkan dai melalui program Sekolah Dai.
Dia berpesan agar dai muda yang diwisuda dan akan menjalani tugas dakwah ini harus menjadi solusi pada setiap permasalahan yang ada termasuk turut memikirkan problem kebangsaan yang diantara tantangan terbesarnya adalah mengentaskan kemiskinan.
“Tidak ada permasalahan yang tidak selesai jika kita dapat membangun komunikasi. Jadikan shalat dan sabar sebagai penolong. Sabar bukan berarti diam, tetapi aktif dan progresif,” tandasnya.*/ Ainuddin, Makrifatullah