AdvertisementAdvertisement

Selamat Jalan Ustadz Hanif Al Ma’ruf, Dai Tangguh yang Pantang Mengeluh

Content Partner

Tampak Ustadz Hanif Al Ma’ruf (tanda strip panah) saat turut menggawangi sukses pengibaran bendera Merah Putih di Pantai Lamaru, Balikpapan, Selasa (21/5/2013), yang kemudian menorehkan penghargaan rekor dunia yang dicatat Record Holders Republic.

MAKASSAR (Hidayatullah.or.id) – Hidayatullah kembali kehilangan salah satu dai terbaiknya yang bernama Ustadz Hanif Al Ma’ruf. Pria berdarah Bengkulu ini meninggal dunia di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo (RSWS) Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) sekitar pukul 22:47 WITA pada hari Selasa, 21 Jumadil Awal 1445 (5/12/2023).

Sebelum dipanggil ke kharibaan Ilahi, almarhum diuji dengan sakit menahun karena mengalami patah tulang.

Patah tulang yang dialaminya saat sedang memperbaiki bagian atap salah satu bangunan Yayasan Albayan Pondok Pesantren Hidayatullah Makassar itu hingga menyebabkan dirinya mengalami gangguan saraf. Akibatnya, almarhum hanya bisa beraktifitas dari atas kursi roda.

Beberapa kali dilakukan tindakan medis, terapi, dan berbagai upaya treatment. Sempat ada kemajuan, namun Allah Ta’ala berkehendak lain. Ustadz yang pernah tugas di Cilodong, Depok, itu akhirnya dipanggil ke pangkuan Ilahi.

Ustadz Hanif Al Ma’ruf dikenal sebagai kader dai tangguh yang pantang mengeluh. Itulah yang diakui oleh sahabat sahabanya. Seperti disampaikan oleh anggota Dewan Mudzakarah Hidayatullah Ust. H. Akib Junaid Kahar Syuaib.

“Hanif Al Ma’ruf adalah sosok pekerja keras yang pantang mengeluh. Senyum merekah dengan sikap akrab dan senantiasa merendah, ketika bertemu dengan siapa saja, tanpa membedakan status orang yang ditemuinya. Seperti itulah kesan yang tertanam pada siapapun yg mengenalnya,” kata Akib dalam keterangannya yang didapatkan media ini, Rabu, 22 Jumadil Awal 1445 (6/12/2023).

Hanif Al Ma’ruf, disamping sebagai dai ia juga aktif dalam aksi sosial kemanusiaan bersama SAR Hidayatullah. Termasuk mengemban pernah diamanahi berkhidmat untuk kaum muslimin di berbagai tempat dan berbagai tugas tambahan lainnya seperti di Bengkulu, Palu, Poso, Depok, dan terakhir di Makassar.

“Kecintaan saudara seiman dan khususnya keluarga dekat, akhirnya harus ikhlas menerima takdir ketentuan Ilahi, semalam waktu pengabdiannya di dunia telah berakhir, kami semua merasa sangat kehilangan,” imbuh Akib.

Sejak kabar hembusan napasnya yang terakhir tersebar, berbagai grup medsos Hidayatullah ramai memberitakan yang dilengkapi dengan doa doa terbaik termunajatkan agar sang Mujahid diampuni segala khilafnya sebagai manusia biasa, dan diterima serta mendapatkan ganjaran terbaik dari Allah atas amal soleh yngg ditorehkan.

Didampingi Istri

Selama dalam perawatan, almarhum didampingi sang istri, Siti Aminah, yang penuh dedikasi. Sang istri yang menjadi pendampingnya adalah sosok wanita tangguh dan sangat penyayang.

Kesetiaan dan ketekunannya benar-benar teruji, saat suami jatuh sakit dalam rentang waktu yang tidak dapat dikatakan singkat. Terlebih harus pula mengurus sekian anak yang masih sangat butuh perhatian sang ibu tercinta.

“Aminah adalah santri ‘istimewa’ bagi kami yang bertugas di Hidayatullah Palu ketika itu, khususnya saat anak kedua kami dilahirkan, sementara anak pertama masih sangat butuh perhatian,” kata Akib mengisahkan, yang pernah bertugas di Palu bersama almahum.

Akib menceritakan, ketika anak keduanya tersebut lahir, ia mendadak harus ke Balikpapan untuk membesuk sang paman yaitu almarhum Ustadz Abdullah Said yang juga pendiri Hidayatullah.

Kala itu Ustadz Abdullah Said baru kali pertama jatuh sakit dan dirawat di Rumah Sakit Pertamina di tahun 1996, yang sakitnya itu terus berkelanjutan hingga beliau wafat.

Akib mendoakan Hanif Al Ma’ruf terkhusus buat keluarga almarhum (istri dan putra putrinya) diberi kekuatan menjalani salah satu episode kehidupan yg tidak mungkin bisa dielakkan ini.

“Dan semoga Allah mempertemukan mereka kembali dan kita semua, di surga firdaus-Nya. Allahumma Aamiin,” doanya.

Rasa kehilangan yang sangat mendalam juga dirasakan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Search and Rescue (SAR) Hidayatullah, Irwan Harun Nurdiansyah.

Irwan Harun masih terkenang jelas bagaimana kiprah almarhum Hanif Al Ma’ruf yang terlibat secara aktif dalam mempersiapkan pengibaran bendera Merah Putih di Pantai Lamaru, Selasa (21/5/2013), yang kemudian menorehkan penghargaan rekor dunia yang dicatat Record Holders Republic.

Pengibaran bendera Merah Putih dalam tajuk kegiatan “Berkibarlah Benderaku 1.000 M2” yang digagas oleh SAR Hidayatullah ini dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional sekaligus menyambut Silaturrahim Nasional (Silatnas) Hidayatullah 2013.

“Allahummaghfirlahu warhamhu. Selamat jalan pejuang, Bang Hanif saudaraku, sahabat kita semua, engkau purna tugas dengan predikat terbaik sebagai syuhada. Kami bersaksi engkau adalah hamba Allah yang shaleh, lurus tegak dalam prinsip untuk kebenaran. Syurga adalah tempat terbaikmu, Allahumma aamiin,” kata Irwan mendoakan. (ybh/ hidayatullah.or.id)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Hidayatullah dan Revitalisasi Peran Muballigh dalam Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

PERAN muballigh dalam mencerdaskan kehidupan bangsa di Indonesia sangatlah penting. Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi, muballigh terus menjadi...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img