JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah Ust. Dr. H. Nashirul Haq, menghimbau terutama pada jamaah, kader dan simpatisan untuk selalu berikhtiar menerapkan protokol kesehatan secara ketat sebagai upaya mendahulukan keselamatan jiwa.
“Ini untuk keselamatan jiwa kita. Hifdzun nafs ini yang harus didahulukan,” katanya dalam acara pengarahan Menyikapi PPKM dan Pelaksanaan Idul Adha 1442 secara virtual yang diikuti oleh unsur Dewan Pengurus Wilayah Hidayatullah se-Indonesia, Kamis (15/7/2021).
Beliau tak menampik masalah pandemi ini merupakan hal pelik terutama karena ramainya seliweran informasi tentangnya. Oleh sebab itu, ia menekankan sikap bijak dan proporsional dalam menyikapinya.
“Jadi ini harus clear, bapak-bapak sekalian. Sikap wasathiyah kita. Bahwa ini adalah pandemi, bahwa ada yang memanfaatkan untuk ini dan itu, memang iya. Tetapi, karena ia sudah menjadi wabah, maka kita harus menyikapinya sesuai dengan tuntunan syariah dan tuntunan kesehatan,” imbuhnya.
Ia pun meminta para kader untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan, keimanan, dan melakukan ikhtiar yang sungguh sungguh dalam menghadapi wabah ini.
“Alhamdulilllah ‘ala kullihal, kita bersyukur memuji Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya meksipun kita dalam kondisi yang sangat memprihatinkan saat ini, tetapi kita masih bisa menjaga dan memelihara keimanan kita dengan sikap sabar, optimis, dan ikhtiar,” imbuhnya.
Dalam kondisi yang seperti saat sekarang ini, terangnya, kita harus bersikap wasathiyah. Menurutnya, sikap yang terbaik adalah menerima kondisi ini sebagai sebuah takdir dan itu adalah bagian daripada keimanan.
“Kita sikapi dengan sabar, optimisme dan disertai dengan ikhtiar dan mujahadah yang maksimal. Nggak bisa lagi kita kemudian berfikir bahwa ini adalah ini itu lalu kemudian kita pasrah. Kita tidak seperti itu. Kita sikapi semua secara proporsional,” tegasnya.
Dalam hal ini, DPP Hidayatullah juga mengimbau para kader, terutama yang berada di zona merah dan orange, untuk memperketat protokol kesehatan serta memaksimalkan funsgi Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid19 yang sudah dibentuk di setiap kampus kampus Hidayatullah.
Beliau mengatakan, saat ini juga belum bisa diprediksi kapan pandemi ini berakhir. Bahkan saat ini sudah gelombang kedua. Diperkirakan akan bertahun setahun atau dua tahun menurut prediksi umum. Demikian juga PPKM.
Beliau melihat, masa pembatasan tersebut boleh jadi bertambah dua pekan bahkan sudah ada wacana hingga enam pekan. Hal itu bisa saja terjadi karena belum ada tanda tanda bahwa ini akan menurun.
“Nah, oleh karenananya, karena ini jangka panjang, maka kita sebagai sebuah harakah, kita tidak bisa menunggu berakhir baru kemudian kita bergerak,” imbuhnya.
Beliau mengatakan bahwa Hidayatullah sebagai jamaah, harakah, ormas, dan sebagai pesantren dengan beragam programnya, sudah harus berfikir keras untuk melakukan inovasi dan kreatifitas bagaimana semua program yang ada dapat berjalan dengan baik dengan cara yang inovatif.
“Tidak bisa lagi kita tunda-tunda. Oleh karenanya, kemarin di Pleno DPP, saya menegaskan bahwa semua bidang dan departemen beserta seluruh jajarannya secara nasional harus mencari solusi. Disinilah akan muncul the power of kepepet,” imbuhnya.
Dalam pada itu, Hidayatullah tingkat nasional secara rutin juga melakukan musyawarah atau rapat koordinasi dengan pimpinan ormas ormas Islam dan pihak pihak terkait lainnya dalam menghadapi masalah ini.
“Pada dua malam yang lalu, 6 pimpinan omas Islam tingkat pusat dialog dengan seorang dokter yang cukup kompeten dan berintegritas membahas masalah ini. Beliau juga seorang ustadz karena beliau paham sekali dalil dalil,” ujarnya.
Adapun terkait vaksin, DPP Hidayatullah mempersilahkan kader untuk melakukannya, terutama kader yang mobilitasnya tinggi. Namun, kader yang memiliki penyakit bawaan sebaiknya berhati hati dan berkonsultasi dengan dokter.
“Untuk sementara ini kita persilahkan kepada kader untuk melakukan vaksinasi jika memang sangat membutuhkan. Sangat membutuhkan, artinya, banyak urusan dan tugas penting yang terkendala kalau tidak vaksin. Seperti saat sekarang ini, kalau mau terbang mensyaratkan harus vaksin. Begitu juga untuk mengurus macam macam, administrasi, dan lain lain. Kalau itu dianggap darurat, maka vaksin,” jelasnya.
Tetapi, tambahnya, bagi mereka yang ada gangguan kesehatan misalnya tensi darah yang tinggi atau terlalu rendah, dibolehkan untuk tidak vaksin dengan meminta surat pengantar dari Puskesmas. Begitu juga yang baru saja positif dalam 3 bukan terakhir ini. (ybh/hio)