AdvertisementAdvertisement

Training Kader Muda Hidayatullah Jakarta Ikhtiar Lahirkan Generasi Pemakmur Bumi

Content Partner

BOGOR (Hidayatullah.or.id) — Bertempat di Pondok Qur’an Hidayaturrahman (PQH) Hidayatullah Ciawi, Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Hidayatullah DKI Jakarta telah menyelenggarakan Training Kader Muda berupa Daurah Marhalah Ula (DMU) pada 20-22 Jumadil Awal 1446 (22-24/11/2024).

Kegiatan ini menjadi salah satu langkah strategis organisasi Hidayatullah dalam membangun generasi muda yang berintegritas, berkarakter Islami, dan siap menjadi pemimpin masa depan.

Menurut Ketua DPW Hidayatullah DKI Jakarta, Muhammad Isnaeni, DMU merupakan tahapan resmi bagi siapa saja yang ingin menjadi kader pejuang dakwah Hidayatullah.

“Namun, untuk menjadi anggota Hidayatullah, cukup dengan mematuhi tata tertib keanggotaan dan tunduk pada hukum yang berlaku dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ujar Isnaeni.

Isnaini juga menambahkan bahwa setiap anggota Hidayatullah dianjurkan untuk mengikuti pembinaan atau pengajian yang diadakan di pesantren maupun Rumah Qur’an Hidayatullah di berbagai wilayah Indonesia.

Hidayatullah menyadari bahwa pelatihan seperti DMU hanyalah langkah awal dalam perjalanan panjang menjadi kader yang tangguh. Oleh karena itu, terang Isnaini, pembinaan berkelanjutan menjadi bagian integral dari sistem pengkaderan organisasi ini.

Melalui DMU dan program-program sejenis, Isnaini mengatakan, Hidayatullah menunjukkan komitmennya dalam menyiapkan generasi muda yang tidak hanya religius, tetapi juga menjadi pemakmur bumi yang memiliki kepekaan terhadap tantangan zaman.

“Dengan berpegang pada manhaj Sistematika Wahyu dan semangat keindonesiaan, Hidayatullah berharap khususnya dari Jakarta ini lahir pemimpin masa depan yang mampu menjawab kebutuhan umat sekaligus menjadi pemakmur bumi sebagai rahmatan lil ‘alamiin,” tandas Isnaini yang menukil Al Qur’an surah Hud ayat 61.

Tanamkan Nilai Sistematika Wahyu

Acara yang berlangsung selama tiga hari ini diikuti oleh peserta dari berbagai unsur, baik individu maupun amal usaha Hidayatullah, yang berasal dari Jabodetabek. Peserta menunjukkan antusiasme tinggi terhadap pendekatan dakwah yang ditawarkan oleh organisasi ini, yaitu Manhaj Sistematika Wahyu.

Ketua Departemen Perkaderan Hidayatullah DKI Jakarta, Ust. Munawir Baddu, menegaskan bahwa pendekatan ini didasarkan pada dalil yang syar’i dan bertujuan untuk merawat dan menumbuhkembangkan peradaban Islam yang berlandaskan wahyu.

“Manhaj Sistematika Wahyu menjadi manhaj yang sesuai dengan dalil yang syar’i dan dapat dipertanggungjawabkan untuk kembali mewujudkan peradaban Islam,” jelas Munawir.

Dengan pemahaman struktur sistematika wahyu ini, terang Munawir, Hidayatullah mengajak generasi muda untuk tidak hanya memahami agama secara ritualistik, tetapi juga menjadikannya panduan menyeluruh dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

DMU kali ini memberikan perhatian khusus kepada peserta dari kalangan Generasi Z. Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat Gen Z adalah kelompok generasi yang memiliki potensi besar untuk membawa perubahan.

Mereka tumbuh di era digital yang penuh tantangan sekaligus peluang, sehingga membutuhkan bimbingan nilai-nilai yang kuat untuk menjawab berbagai persoalan modern,” jelas Munawir.

Harapannya, lanjut dia, dari kalangan inilah nanti lahir para kader pemimpin di organisasi yang telah berdiri lebih dari 50 tahun ini.

Dengan mengintegrasikan pendekatan tradisional berbasis ajaran agama dan pemahaman kontemporer, Hidayatullah berupaya mempersiapkan Gen Z untuk menjadi pemimpin visioner dan juga memiliki moralitas dan komitmen yang tinggi terhadap pembangunan masyarakat.

Dijelaskan Munawir, salah satu nilai yang ditekankan dalam DMU adalah harmoni antara dakwah dan wawasan nusantara. Hidayatullah menanamkan kepada para kadernya bahwa pengabdian kepada agama tidak pernah lepas dari kontribusi kepada bangsa dan negara.

Sebagai organisasi, keseimbangan gerakan Hidayatullah antara spiritualitas dan tanggung jawab sosial menjadi modal utama dalam membangun masyarakat yang adil, makmur, harmonis, religius, dan berdaya saing global.

“Prinsip ini sesuai dengan cita-cita Hidayatullah yang menempatkan dakwah sebagai jalan untuk memperkuat persatuan dalam bingkai NKRI,” tegas Munawir memungkasi.*/Adam Sukiman

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Marriage is (not) Scary, Ibadah Terpanjang yang Menyatukan Keberkahan dan Tantangan

SEJAK remaja, saya selalu menjadi tempat curhat orang-orang di sekitar, dari teman dekat hingga kenalan singkat. Entah karena saya...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img