AdvertisementAdvertisement

Tragedi dan Upaya Bantuan untuk Korban Bencana Erupsi Gunung Lewotobi Lakilaki

Content Partner

FLORES TIMUR (Hidayatullah.or.id) — Bencana alam kembali menguji ketabahan masyarakat Flores Timur. Dalam dentuman tak terelakkan dari Gunung Lewotobi Laki-Laki, di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), alam menyapa dengan kegagahan dan ketakutan, pada Senin dini hari, 2 Jumadil Awal 1446 (4/11/2024).

Di balik awan kelabu, tujuh desa bertarung untuk bertahan—Pululera, Nawokote, Hokeng Jaya, Klatanlo, Boru, Boru Kedang di Kecamatan Wulanggitang, dan Desa Dulipali di Ile Bura. Terdapat 10.295 jiwa, tersebar dalam 2.734 kepala keluarga, yang kini berdiri di tengah himpitan ancaman dan harapan.

Sebanyak 10 jiwa dilaporkan meninggal dunia akibat erupsi Gunung Lewotobi Lakilaki ini. Dampak lainnya, di langit Flores, empat bandara terpaksa sunyi, yakni Bandara H Hasan Aroeboesman, Bandara Soa Bajawa, Gewayantana Larantuka, dan Frans Seda Maumere.

Tak ada suara pesawat yang membelah langit, hanya keheningan dan kecemasan yang mengisi udara. Sejak dua bulan terakhir, abu gunung telah memaksa para maskapai membatalkan penerbangan, mengutamakan keselamatan di atas segalanya.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur, Fredy Moat Aeng, menyampaikan bahwa korban-korban tersebut umumnya meninggal akibat tertimpa batu berukuran besar yang meluncur dari puncak gunung, merusak atap rumah warga di bawahnya. “Sebuah kejadian yang tak pernah bisa kita bayangkan,” ungkapnya.

Dampak dari erupsi ini juga meluas hingga mengganggu aktivitas penerbangan dengan penutupan sementara empat bandara di sekitarnya.

Di tengah kondisi ini, Kepala Lembaga Amil Zakat Nasional Baitulmaal Hidayatullah (Laznas BMH) Perwakilan NTT, Hairudin, menjelaskan bahwa pihaknya sedang berkoordinasi dengan para relawan di lokasi bencana termasuk melakukan koordinasi menyiapkan mitigasi pasca bencana bersama tim Search and Rescue (SAR) Hidayatullah setempat.

“Kami ingin segera ke lokasi membawa tambahan relawan dan bantuan, namun masih menunggu jadwal kapal, karena tidak setiap hari ada,” ujar Hairudin, seperti dalam keterangannya kepada media ini, Selasa.

Hairudin menambahkan, laporan dari relawan BMH di lokasi menyebutkan bahwa satu kecamatan terdampak berat, dengan rumah-rumah yang terkubur abu vulkanik, batuan, dan sebagian mengalami kerusakan akibat lahar panas.

“Masyarakat yang ingin membantu, saat ini para pengungsi membutuhkan pakaian dewasa, obat-obatan, popok bayi, perlengkapan wanita, makanan siap saji, masker, dan perlengkapan hunian sementara, seperti tenda,” tuturnya.

Situasi ini menjadi momen bagi seluruh masyarakat untuk menunjukkan kepedulian dengan mendukung dan membantu mereka yang terdampak, melalui bantuan maupun donasi yang diperlukan.*/Herim

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Marriage is (not) Scary, Ibadah Terpanjang yang Menyatukan Keberkahan dan Tantangan

SEJAK remaja, saya selalu menjadi tempat curhat orang-orang di sekitar, dari teman dekat hingga kenalan singkat. Entah karena saya...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img