SEMARANG (Hidayatullah.or.id) — Lembaga keuangan syariah Baituttamwil Hidayatullah (BTH) menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Tahun 2025 dengan mengangkat tema “Menumbuhkan Potensi, Meraih Prestasi” yang digelar di Kota Semarang, Jawa Tengah, 16-18 Jumadil Akhir 1446 (18-20/12/2024).
Selama tiga hari, diskusi strategis berlangsung dengan harapan memperkuat peran BTH sebagai institusi keuangan syariah yang relevan dalam ekosistem ekonomi Indonesia.
Kepala Bidang Perekonomian Dewan Pengurus Pusat Hidayatullah, Ust. Drs. Wahyu Rahman, MM, membuka Rakernas ini menyampaikan ekonomi syariah memiliki potensi besar sebagai alternatif sistem keuangan global yang lebih inklusif dan berkeadilan.
Dalam konteks Indonesia, kata Wahyu, keberadaan lembaga seperti BTH menjadi ujung tombak dalam mewujudkan visi tersebut. Karena itu, dia menegaskan pentingnya membangun profesionalisme, akuntabilitas, dan transparansi untuk masa depan BTH yang unggul.
Wahyu memandang tantangan utama yang dihadapi lembaga ekonomi syariah adalah kebutuhan untuk mengadopsi standar profesionalisme yang tinggi, menjaga integritas operasional dan transparansi.
“Profesionalisme tidak hanya mencakup kemampuan teknis, tetapi juga penerapan nilai-nilai syariah dalam setiap aspek pengelolaan keuangan,” tegasnya, seperti dalam keterangan diterima media ini, Rabu, 16 Jumadil Akhir 1446 (18/12/2024).
Akuntabilitas dan transparansi, di sisi lain, berfungsi sebagai pilar kepercayaan masyarakat. Lembaga keuangan syariah, terangnya, harus mampu mengadministrasi sistem pelaporan kinerja yang jelas dan akuntabel, sehingga ada rasa aman untuk berinvestasi. Hal ini sejalan dengan prinsip maqashid syariah yang mengedepankan keadilan dan kemaslahatan.
Pilar Utama
Sementara itu, Direktur BTH, Saiful Anwar, mengatakan tema yang diangkat pada Rakernas kali ini merefleksikan upaya BTH untuk memanfaatkan sumber daya internal yang besar sekaligus merespons tantangan regulasi yang semakin kompleks.
Saiful menekankan bahwa salah satu pilar utama BTH adalah kualitas sumber daya manusia. Dengan mengandalkan kader dan santri Hidayatullah yang memiliki kualifikasi unggul, BTH berpotensi menjadi pemain utama di sektor keuangan syariah nasional.
“Namun, potensi ini hanya dapat direalisasikan jika ada pengelolaan yang sistematis dan terarah,” kata Saiful.
Menurut Saiful, seluruh potensi sumber daya yang ada harus ditumbuhkembangkan agar dapat memberi daya dukung terhadap pertumbuhan BTH.
Dia menggarisbawahi pentingnya program pelatihan berkelanjutan, digitalisasi operasional, dan pembangunan kapasitas SDM.
Saiful menyebutkan Rakernas BTH 2025 juga berfungsi sebagai platform untuk merumuskan strategi menghadapi tantangan regulasi baru. Disahkannya Rancangan Undang-Undang tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (RUU P2SK) menjadi undang-undang pada akhir 2022 menandai perubahan signifikan dalam pengelolaan koperasi di Indonesia.
Regulasi ini mengalihkan pengawasan koperasi keuangan dari Kementerian Koperasi kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dengan standar yang lebih menyerupai perbankan. Langkah ini bertujuan memperkuat transparansi dan akuntabilitas sektor keuangan.
Namun, bagi institusi seperti BTH, perubahan ini menghadirkan tantangan besar. Saiful mengakui, sistem dan manajemen BTH belum betul-betul memiliki standarisasi yang memadai. Oleh karena itu, Rakernas tahun ini juga difokuskan pada evaluasi sistem operasional dan penyusunan kebijakan strategis.
Disamping itu, Saiful menguraikan, bahwa untuk bertahan dalam iklim regulasi yang ketat, BTH perlu mengadopsi standar operasional yang sesuai dengan regulasi OJK. Salah satu aspek penting adalah implementasi teknologi keuangan (fintech) yang dapat meningkatkan efisiensi layanan sekaligus memperluas jangkauan anggota.
Dalam lanskap ekonomi syariah global, digitalisasi terbukti menjadi penggerak utama pertumbuhan. Sebagai contoh, kata dia, negara-negara seperti Malaysia dan Uni Emirat Arab telah berhasil mengintegrasikan teknologi dalam sistem keuangan syariah mereka, menghasilkan peningkatan inklusi keuangan.
Selain itu, Saiful melihat pelatihan SDM yang difokuskan pada pemahaman regulasi baru dan pengelolaan risiko sangat diperlukan. “Upaya ini tidak hanya membantu BTH memenuhi kepatuhan tetapi juga meningkatkan daya saing institusi,” terangnya.
Dalam pada itu, salah satu agenda utama Rakernas adalah evaluasi kinerja tahun 2024 dan penyusunan strategi bisnis untuk 2025. Dia menegaskan perlunya program kerja yang lebih tertata secara sistematis, mulai dari program jangka panjang hingga program turunan di cabang.
“BTH juga perlu mengintegrasikan manajemen secara terpusat untuk memastikan keselarasan antara visi nasional dan implementasi di tingkat lokal. Integrasi ini akan mengurangi redundansi, meningkatkan efisiensi, dan memperkuat koordinasi antar cabang,” tukasnya.
Selain itu, sebagai bagian dari gerakan ekonomi Islam, BTH juga berkomirmen meningkatkan peran dalam menumbuhkan ekosistem keuangan syariah di Tanah Air.
Namun, untuk mencapai tujuan ini, tegas dia, kolaborasi dengan lembaga keuangan syariah lainnya, termasuk perbankan syariah dan fintech, sangat penting.
“BTH harus terus menata sistem operasional dan internal bisnis proses yang memadai untuk menjadi lembaga keuangan syariah yang utama. Melalui sinergi, BTH dapat memperluas cakupan layanan, meningkatkan likuiditas, dan menghadirkan inovasi produk,” katanya.
Anwar menambahkan, dengan Rakernas 2025 kali ini, BTH terus menumbuhkan potensinya dan mencapai raihan prestasi sebagai institusi keuangan yang unggul melalui kolaborasi yang erat, inovasi yang berkelanjutan, dan komitmen pada nilai-nilai syariah. (ybh/hidayatullah.or.id)