Hidayatullah.or.id — Pengurus Pusat Muslimat Hidayatullah (PP Mushida) menggelar acara seminar internasional membahas konstruksi peradaban Islam dan peran Muslimat dalam kancah global, Kemarin.
Seminar internasional berlangsung di Hotel Grand Menteng Matraman, Jakarta, Ahas (07/06/2015) ini dihadiri ratusan peserta perwakilan organisasi Muslimat nasional dan menghadirkan pembicara dari 3 negara jiran.
Pembicara yang hadir Ketua Wanita Ikatan Muslimin Malaysia (ISMA) Dr Norsaleha Mohd Salleh dari Malaysia, mantan petinggi Persatuan Guru Melayu-Singapura Dr Bibi Jan Mohd Ayyub, Ketua MPP PP Mushida Dra Sabriati Aziz, wartawan wanita Muslim Santi W. Soekanto dan Ketua PP Hidayatullah Dr Abdul Mannan.
Ketua PP Hidayatullah Dr Abdul Mannan, mengatakan peradaban Islam dalam definisi Hidayatullah adalah ejawantah ajaran Islam dalam setiap aspek kehidupan.
Mengutip pernyataan pemikir Prof. Dr. Ali Jumaāh Muhammad dalam risalahnya, Al-Madkhal ila Dirasah al-Madzahib al-Fiqhiyah, Abdul Mannan menegaskan bahwa peradaban Islam sejatinya tidaklah mati. Hanya sedang tertidur saja. Sesuatu yang tidur, ujar dia, pasti akan bangun kembali.
Pada titik ini, jelas Abdul, peradaban Islam tetap menunjukkan optimisme yang dapat tersemai yang kelak menaungi kehidupan dengan keberkahan, kedamaian, dan kesejateraan. Namun ia menegaskan kebangkitan peradaban Islam tidaklah sederhana dan butuh waktu yang lama.
Kata Abdul, kaum Muslimat memiliki peran yang teramat penting dalam proses rekonstruksi peradaban Islam yang berkemajuan ini. Karenanya, dia mendorong para ibu dan wanita Muslim turut berperan aktif dalam upaya penegakan peradaban Islam dengan terus membangun tradisi ilmu, budaya intelektual, dan peran-peran kerumahtanggaan.
Ilmu dan amal adalah kunci kepada tegaknya peradaban Islam. Adapun manhaj (konsep) untuk membangun peradaban, jelas Abdul, adalah kembali kepada Al-Quran.
āDan surah Al-Fatihah sebagai āgrand designā untuk membangun peradaban,ā tukas beliau seperti dilansir portal nasional Hidayatullah.com, Selasa (09/06/2015).
Sementara itu, Sekjen PP Mushida Amalia Husnah Bahar dalam sambutannya mengutarakan pentingnya persatuan umat. Amalia menegaskan, egosentrisme gerakan Islam harus dinegasikan dalam rangka terwujudunya peradaban Islam. Nikmati perbedaan hindari perpecahan.
āUntuk itu kita perlu jadi seperti syajaratun thoyibah, pohon baik yang akarnya menghujam kuat ke petala bumi, dan buahnya dipetik setiap saat. Yaitu wanita yang melahirkan generasi pewaris yang mampu menggoncang dunia,ā imbuh Amalia Husnah.
Sementara pembicara dari Malaysia, Dr Norsaleha Mohd Salleh, membeberkan sejumlah tantangan dan permasalahan Muslimat dewasa ini. Terutama peran jejaring media yang saat ini, menurut dia, turut memberi andil yang sangat besar terhadap mencuatnya gejala-gejala sosial seperti permisifisme.
āKebathilan yang selalu dipersepi oleh media sebagai sesuatu yang benar, setiap saat, maka ia pelan-pelan akan dianggap sebagai kebenaran,ā cakap Norsaleha.
Norsaleha menganjurkan Muslimat untuk terus melakukan kiprah-kiprah bervisi global global kendati skalanya lokal.
Senada dengan itu, pembicara dari Singapura Dr Bibi Jan Mohd Ayyub, menekankan pentingnya keluarga sebagai komunitas terkecil dalam sebuah bangsa dalam membangun peradaban Islam.
Bibi Jan yang juga member di National Council of Problem Gambling mengutarakan bahwa sekolah sejatinya tidak menjamin anak-anak memiliki iman yang kuat.
āAntara faktor-faktor yang perlu diterapkan dalam membina keluarga yang baik adalah menerapkan 5 K, yaitu kepahaman Islam yang asas, kepimpinan yang baik, kesehatan, keuangan dan kepedulian serta 3 P yaitu pendidikan, pengurusan dan psikologi,ā imbuhnya.
Seminar Internasional Muslimat Hidayatullah ini terselenggara atas dukungan beberapa pihak diantaranya Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (Laznas BMH), Komunitas Pecinta Keluarga (KIPIK), dan Aliansi Cinta Keluarga (AILA) dan Badan Musyawarah Organisasi Wanita Islam Indonesia (BMOIWI). *