AdvertisementAdvertisement

Workshop Entrepreneurship di Barru, Wahyu Rahman Dorong Geluti Fase Berdagang

Content Partner

BARRU (Hidayatullah.or.id) — Ketua Bidang (Kabid) Perekonomian Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah Wahyu Rahman mendorong para kader khsusnya yang masih muda dan bertenaga untuk menggeluti fase berdagang.

Hal itu ia kemukakan seraya merelasikannya dengan perikehidupan Rasulullah Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam yang dalam perjalanan perjuangannya sebagai pendakwah melalui beberapa fase, salah satunya masa berdagang.

Wahyu menyebutkan, di masa kecilnya Muhammad tanpa seorang ayah. Ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib, meninggal dikala Muhammad masih berusia 2 bulan di dalam kandungan sang ibu.

Muhammad pun tumbuh dibawah asuhan sang ibu sebagai orangtua tunggal, yakni Aminah binti Wahb. Namun, dikala Muhammad berusia 6 tahun, sang ibu pun ditakdirkan meninggal dunia.

Anak sekecil itu akhirnya menjadi seorang yatim piatu. Dalam telaah shirah dan manhaji Sistematika Wahyu, disebutkan disinilah Muhammad menjalani fase penempaan pertama dalam hidupnya yaitu fase keyatiman.

Keyatiman tak membuat seorang Muhammad berkecil hati. Dibawah pengasuhan pamannya, ia tertempa menjadi pribadi yang kuat, sabar, dan mendapatkan banyak pelajaran hidup.

Disinilah Muhammad memasuki tahapan penempaan kedua berikutnya yaitu fase menggembala. Di fase ini ia banyak belajar dengan tempaan alam berikut dengan hewan peliharaan yang ia harus jaga.

Sebagai pengembala, karakter kesabarannya terbentuk. Rasa tanggung jawabnya bertumbuh. Perhatian dan rasa cintanya pada makhluk Allah kian tertanam. Ketahanan mentalnya pun semakin terasah.

Pada fase berikutnya, sebelum memasuki fase ber-Khadijah atau menikah, Muhammad menempuh fase berdagang.

Pada fase berdagang inilah Muhammad tergembleng skil wirausahanya hingga akhirnya menjadi pengusaha sukses yang memiliki jaringan bisnis lintas wilayah.

Setelah fase berdagang dilalui, Muhammad semakin memiliki ketangguhan dan kemantapan bekal untuk menjalani dua fase berikutnya yaitu fase ber-Khadijah dan fase bergua Hira’.

“Jadi berdagang itu bagian dari fase berislam, tapi sayangnya, kita langsung berkhadijah, padahal belum berdagang,” seloroh Wahyu Rahman.

Ungkapan tersebut disampaikan oleh Wahyu Rahman saat membuka acara Workshop Entrepreneur Pengurus DPD Hidayatullah dan Kadep Ekonomi se-Sulsel bertempat di Kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Barru berlangsung selama 2 hari dibuka pada Rabu, 20 Shafar 1445 (6/9/2023).

“Hanya orang kaya yang bisa berhaji dan berzakat olehnya itu kita harus berusaha. Belum sempurna keislaman kita jika belum berhaji dan berzakat,” jelas Wahyu Rahman.

Lebih jauh, kata Wahyu, ekonomi juga menjadi penopang dakwah dan gerakkan perjuangan Islam. Olehnya itu ekonomi harus dikuatkan. “Kita harus mengambil bagian dalam jihad ekonomi,” tantangnya.

Wahyu Rahman memberi contoh, salah satu sukses ekonomi di Hidayatullah yang telah berjalan. Adalah Sakinah Mart, saat ini ada 30 cabang, dan bisa menghasilkan laba bersih 20 miliar pertahun.

“Giat ekonomi ini harus dikuatkan di Hidayatullah Sulsel. Jika ada kawan yang punya peran ekonomi, kuatkan dia, fokuskan dia. Agar bisnis itu bisa berkembang,” terangnya seraya menambahkan Hidayatullah lahir dari rahim sosial dan dituntut dapat memproses diri untuk wujudkan kemandirian ekonomi.*/Sarmadani Madang

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Hidayatullah dan Revitalisasi Peran Muballigh dalam Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

PERAN muballigh dalam mencerdaskan kehidupan bangsa di Indonesia sangatlah penting. Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi, muballigh terus menjadi...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img